Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bicara Soal Birahi Kekuasaan, Kritik Luhut Seperti Menyembur Menantu Jokowi

        Bicara Soal Birahi Kekuasaan, Kritik Luhut Seperti Menyembur Menantu Jokowi Kredit Foto: Facebook
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kasus positif Covid-19 di Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan. Tercatat angka positif sudah mencapai 275 ribu. Pertambahan kasus harian juga terus meningkat. Data kasus harian per hari Minggu (27/9) tercatat ada 3.874 kasus.

        Meski demikian, Presiden Jokowi tetap bersikeras pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 tetap digelar pada Desember 2020. Hal itu lah yang menjadi kritik keras karena Presiden Jokowi dinilai lebih mementingkan pagelaran politik, ketimbang kondisi kesehatan rakyatnya.

        Belum lagi, kritik itu juga dialamatkan kepada Jokowi lantaran anak kandung dan menantunya maju dalam Pilkada. Menanggapi hal itu, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan jelas langsung pasang badan membela atasannya tersebut.

        Baca Juga: Produksi Remdesivir, Luhut ke Bio Farma: Kita Harus Cepat!

        Luhut mengatakan kalau pelaksanaan Pilkada Serentak yang tetap digelar pada Desember 2020 adalah pilihan Presiden Jokowi, sebagai anak buah dia mengaku siap melaksanakan perintah tersebut. 

        "Kami di tentara tahunya ada dua, laksanakan dan amankan. Tapi supaya nanti ada pembatasan kampanye, mungkin daring juga. Saya sudah sarankan ke Presiden, Kapolri, Pangdam agar menjaga. Kalau ada rambu-rambu yang jelas saya yakin bisa," kata Luhut dikutip Warta Ekonomi dari Narasi TV.

        Tak berhenti di situ, Luhut pun kembali melontarkan sindiran keras bagi tokoh-tokoh politik yang di antaranya jenderal bintang empat dan mantan menteri yang mengumpulkan massa banyak di tengah ancaman pandemi.

        "Banyak pemimpin dan intelektual kita asal mudah bicara, mbok fikirin. Apa dia udah berkarya hebat? Kalau tidak membuat disiplin kita siapa lagi, makannya ada pikiran-pikiran politik, dikontrol lah birahi kekuasaannya. Tahu gak nanti ada klaster, sadar gak dengan kumpul-kumpul ramai-ramai bisa kena dan bisa mati. hanya karna birahi kekuasaan dan birahi politiknya. Mungkin bintang mu empat, mungkin mantan menteri," jelasnya.

        Meski begitu, Luhut tak mau menyebut kelompok politik mana yang tega mengorbankan kesehatan rakyat dengan berkumpul-kumpul hanya karena ambisi politiknya.

        Ketika Luhut mengkritik ada gerakan politik yang diinisiasi tokoh-tokoh politik, seharusnya Luhut juga melihat fakta bahwa kubu menantu Jokowi sendiri, yakni Bobby Nasution- Aulia Rachman melanggar protokol kesehatan di hari pertama masa kampanye, Sabtu (26/9). Kritik ini seperti 'menyembur' menantu Jokowi yang ternyata melanggar protokol kesehatan, sebagaimana kritiknya terhadap gerakan politik yang abai terhadap keselamatan massa. 

        Dikutip dari CNN Indonesia, pasangan nomor urut 2 di Pilkada Medan itu mengumpulkan massa pada saat acara acara Deklarasi Dukungan Sedulur Bobby - Aulia di Coffee D'kedan, begitu banyak pendukung yang hadir. Ruangan penuh sesak.

        Meski menggunakan masker, namun para pendukung tak terlihat menjaga jarak. Mereka duduk saling berdekatan satu sama lain. Di acara itu juga menampilkan tarian khas Jawa.

        "Ini kalau kita lihat sudah melanggar protap Covid-19 ini," kata Aulia di lokasi acara, Senin (26/9).

        Usai acara, Aulia mengaku di hadapan wartawan bahwa protokol kesehatan pencegahan virus corona telah dilanggar. Akan tetapi, dia berdalih Dinas Kesehatan masih kurang memberi sosialisasi kepada masyarakat.

        "Kalau kita lihat protokol kesehatan sudah kita anjurkan tadi. Tapi memang animo masyarakat, kita susah. Saya sering menyampaikan, tolong dinas kesehatan itu mengedukasikan tentang Covid ini," katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: