Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Parah! Teror Warganet +62 Bikin Medsos Vanuatu Non-Aktifkan Kolom Komentar

        Parah! Teror Warganet +62 Bikin Medsos Vanuatu Non-Aktifkan Kolom Komentar Kredit Foto: Unsplash/Rami
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Komentar yang dilontarkan Perdana Menteri Vanuatu, Bob Loughman, terkait masalah Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua dalam Sidang Umum PBB menimbulkan respon negatif dari warga Indonesia. 

        Dalam pernyataannya tersebut, Loughman mengingatkan PBB akan permintaan para pemimpin Forum Kepulauan Pasifik untuk melakukan kunjungan ke Papua. Ia juga menambahkan, penduduk asli Papua Barat diklaim menderita atas pelanggaran HAM yang terjadi di wilayah tersebut.

        Baca Juga: Pukulan Telak Diplomat Muda ke Vanuatu: Simpan Khotbah Anda!

        “Penduduk asli Papua Barat terus menderita pelanggaran hak asasi manusia... tahun lalu, para pemimpin dari Forum Kepulauan Pasifik dengan hormat meminta pemerintah Indonesia untuk mengizinkan Kantor Komisioner Hak Asasi Manusia PBB mengunjungi Provinsi Papua Barat,” ujar Loughman.

        Pernyataan Loughman tersebut kemudian mendapatkan hak jawab dari perwakilan Indonesia di Sidang Umum PBB, Silvany Austin Pasaribu.

        “Sangat memalukan bahwa negara tunggal ini terus memiliki obsesi yang berlebihan dan tidak sehat tentang bagaimana seharusnya Indonesia mengatur dirinya sendiri,” kata Silvany.

        Sejak masalah ini ramai dibicarakan, muncul ratusan komentar, baik dalam bahasa Inggris maupun Indonesia, di berbagai unggahan akun media sosial Vanuatu.

        Sebagaimana diberitakan PortalJember.com dalam artikel, "Media Sosialnya Diserang, Vanuatu Buka Suara Soal Komentar Rasis Warganet Indonesia", salah satu akun media sosial yang diserang adalah akun Facebook dan Instagram milik Kantor Pariwisata Vanuatu.

        Nick Howett, Manajer Komunikasi Kantor Pariwisata Vanuatu, mengatakan bahwa ia tidak terkejut dengan banyaknya komentar bernada rasis di media sosial Vanuatu.

        Pasalnya, hal ini telah terjadi sebelumnya setelah pemimpin atau politisi Vanuatu berbicara tentang masalah kemerdekaan Papua Barat.

        “Setiap kali seorang pemimpin Vanuatu berpidato di PBB, itu terjadi,” ucap Howett. 

        Beberapa akun yang menyerang media sosial Vanuatu adalah akun nyata dengan pengguna asli. Namun, Nick menyebut ada beberapa komentar yang berasal dari akun palsu.

        “Maksud saya, itulah yang dikenal dalam bisnis sebagai perilaku tidak otentik terkoordinasi. Karena tidak otentik bagi akun kami, ini adalah sesuatu yang berasal dari luar,” terang Howett.

        Ini bukan kali pertama akun bot Indonesia diduga melakukan spamming pada unggahan di media sosial.

        Pada Oktober tahun 2019 lalu, Facebook mengumumkan bahwa pihaknya telah menghapus lebih dari 100 akun Facebook dan Instagram di Indonesia yang disebut sebagai “perilaku tidak otentik terkoordinasi”.

        Hingga artikel ini dibuat, akun Instagram @vanuatuisland telah menonaktifkan fitur komentar di berbagai unggahannya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: