Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Taktik Jokowi: Utus Luhut ke China, Kirim Prabowo ke Amerika

        Taktik Jokowi: Utus Luhut ke China, Kirim Prabowo ke Amerika Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
        Warta Ekonomi -

        Selain soal corona, dunia dilanda kekhawatiran melihat badai perseteruan antara Amerika Serikat dan China. Tak hanya soal perang dagang, kedua negara Adidaya itu sekarang sedang unjuk kekuatan di laut China Selatan.

        Untungnya, Presiden Joko Widodo lihai mendayung di antara dua badai itu. Dengan mengutus Luhut Pandjaitan ke China dan mengirim Prabowo Subianto ke Amerika Serikat menunjukkan kelihaian Jokowi itu untuk menyenangkan kedua negara itu.

        Baca Juga: Prabowo Bakal Serahkan Rantis-rantis Maung ke TNI

        Luhut sudah jalan duluan. Menko Kemaritiman dan Investasi itu terbang ke China selama dua hari, 9 sampai 10 Oktober. Di negeri yang dipimpin Xi Jinping itu, Luhut bertemu dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. Keduanya membahas sinergitas hubungan bilateral, regional, dan multilateral antar-kedua negara.

        "Khususnya dalam menghadapi situasi dunia yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19," kata Luhut dalam keterangan tertulis.

        Selain soal pemerintahan, Luhut dan Menlu China juga membahas banyak hal. Mulai dari vaksin corona, investasi, perdagangan, pendidikan dan riset, e-commerce, kecerdasan buatan, serta pertukaran budaya dan masyarakat.

        Pemerintah China, disebutkan, menindaklanjuti permohonan Luhut terkait peningkatan akses pasar buah tropis, produk perikanan dan seafood, sarang burung wallet, hingga penambahan kuota impor batu bara dari Indonesia.

        "Saya berharap dukungan dari Zhejiang University, Yunnan University, dan Pusat Riset Unggulan di Bidang Tanaman Obat dan Industri Terkait," kata Luhut.

        Luhut juga berharap kerja sama Two Countries Twin Parks yang diusulkan Pemprov Fujian sejak tahun lalu segera terealisasi. Indonesia, sebutnya, sudah menyiapkan lokasi di Bintan seluas 4.000 hektare untuk kerja sama tersebut.

        Sementara itu, Menlu China menyebut hubungan dengan Indonesia cukup strategis. Buktinya, kerja sama di berbagai sektor kini menunjukkan progres yang cepat. Wang Yi berharap kedua negara bisa memperkokoh hubungan tersebut sehingga bisa saling percaya dan terus memperdalam kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satunya, alih teknologi vaksin.

        "Supaya Indonesia bisa menjadi pusat produksi vaksin di kawasan Asia Tenggara," ujar Wang Yi.

        Bagaimana dengan Prabowo? Beda dengan Luhut, Prabowo baru akan terbang Ke AS pertengahan bulan ini. Nantinya, Ketum Gerindra itu akan bertemu Menhan AS, Mark Esper, pada 15 sampai 19 Oktober 2020. Kunjungan ke AS ini adalah yang pertama kali dilakukan Prabowo setelah 20 tahun diblokir akibat isu pelanggaran HAM.

        Gara-garanya, Eks Danjen Kopassus dan Pangkostrad itu disebut bertanggung jawab atas penghilangan paksa sejumlah aktivis pada tahun 1997-1998.

        Baca Juga: Di Hadapan Luhut, China Dukung Indonesia Jadi Pusat Vaksin di Asia Tenggara

        Jubir Menhan, Dahnil Anzar, mengatakan pertemuan dengan Menhan AS ini akan membicarakan detail kerja sama bilateral bidang pertahanan. Namun, ia menampik isu Indonesia akan diajak bergabung dengan aliansi militer dan kemitraan Washington di Asia-Pasifik untuk memenangkan persaingan melawan China.

        "Sesuai prinsip politik bebas aktif, tidak terlibat aliansi militer dengan negara manapun," kata Dahnil.

        Apa pesan yang ingin disampaikan Jokowi dengan mengutus dua purnawirawan jenderal ke China dan AS? Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menduga keputusan Jokowi dalam rangka menjaga netralitas.

        "Kan, AS hendak rangkul Indonesia untuk berhadapan dengan China. Nah, agar tidak disalahtafsirkan China, seolah Indonesia lebih berpihak ke AS maka Pak Luhut diutus ke China," kata Hikmahanto.

        Sikap netral Indonesia terhadap dua negara itu juga diyakini akan memberikan manfaat yang lebih besar ke timbang mudharat-nya. "Ya menguntungkan kalau bisa dimanfaatkan secara cerdas. Ke AS kita dapat, ke China juga kita dapat," katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: