Turki Ngotot Bela Azerbaijan, Erdogan: AS, Rusia, Prancis Beri Armenia Dukungan Senjata!
Sejak 27 September 2020 lalu, bentrokan bersenjata terjadi di wilayah Nagorno-Karabakh. Dua negara yang terlibat dalam perang sengketa wilayah tersebut adalah Azerbaijan dan Armenia.
Selama peperangan, kedua negara saling menuduh siapa yang melakukan tembakan pertama.
Baca Juga: Teriak Lantang Erdogan: Anda Tahu Kenapa Turki Berpihak ke Azerbaijan?
Dikutip dari laman Nation, beberapa negara pun 'ikut campur' ke dalam peperangan tersebut, salah satunya adalah Turki.
Berbicara saat hadir dalam sebuah acara di Provinsi Sirnak, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengklaim bahwa militer Armenia melanggar gencatan senjata yang baru-baru ini disepakati kedua negara.
Erdogan juga menuduh Grup Minsk telah memasok senjata ke Armenia selama perang yang berlangsung tiga minggu berturut-turut tersebut.
Grup Minsk sendiri merupakan institusi bentukan OSCE pada tahun 1992, yang dimaksudkan untuk mencari solusi damai atas konflik etnis di Nagorno-Karabakh dengan beranggotakan Amerika Serikat (AS), Prancis juga Rusia.
Dirinya melanjutkan, bahwa hal itu lah yang membuat Turki mendukung Azerbaijan dalam perang Nagorno-Karabakh.
"Mengapa Turki berpihak pada Azerbaijan? Anda tahu trio Minsk: AS, Rusia, dan Prancis. Mereka berada di pihak siapa? Mereka bersama Armenia. Apakah mereka memberi Armenia segala macam dukungan bersenjata? Ya, sudah dipastikan," ujar Erdogan.
Ia juga menegaskan bahwa Azerbaijan berupaya untuk mendapatkan kembali tanah mereka yang diduki Armenia.
Dia menyatakan Armenia sudah menduduki daerah itu yang merupakan wilayah Azerbaijan, ketika keduanya pecah dari Uni Soviet pada 1990 silam.
Erdogan menuding Grup Minsk tidak berniat untuk menyerahkan Karabakh, karena mereka tidak menggelar negosiasi selama 30 tahun terakhir.
"Barat tidak memihak Azerbaijan. Sekali lagi Armenia yang melanggar gencatan senjata. Apakah Barat angkat bicara tentang itu? Tapi ketika Turki angkat bicara, mereka mengeluh 'Turki tidak pernah diam,'" kata Erdogan.
Menurut Erdogan, militer Azerbaijan memilih jalan perang untuk mendapatkan kembali daerahnya, dan yakin akan mendapatkan kemenangan.
Media setempat melaporkan, asal mula konflik berawal dari jatuhnya Uni Soviet, ketika wilayah Nagorno-Karabakh yang berpenduduk mayoritas Armenia mendeklarasikan kemerdekaan dari Azerbaijan pada tahun 1991.
Wilayah tersebut mengumumkan rencana untuk bergabung dengan Armenia yang menyebabkan konflik bersenjata antara Yerevan dan Baku.
Kemudian tahun 1994, konflik mulai mereda ketika kedua belah pihak sepakat untuk mencoba menyelesaikan perselisihan melalui diplomasi.
Lalu konflik kembali pecah pada 27 September 2020 lalu, dan hingga saat ini masih berlanjut. Kedua negara saling tuduh terkait pihak pertama yang melepaskan tembakan.
Pekan lalu setelah pembicaraan selama 10 jam di Rusia, Armenia dan Azerbaijan menyetujui gencatan senjata yang dijadwalkan akan dimulai pada 10 Oktober 2020 lalu.
Namun, kedua belah pihak melaporkan bentrokan masih tetap berlanjut meskipun gencatan senjata sudah berlaku.
Militer Azerbaijan serta Armenia pun kembali saling tuduh satu sama lain terkait pihak mana yang melanggar gencatan senjata.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: