Trump Tunggu Nasib, Sanggupkah Biden Patahkan Kutukan Hillary?
Hari ini, warga Amerika Serikat akan menentukan siapa presiden yang akan dipilihnya. Apakah mau dipimpin Donald Trump lagi? Atau pilih yang baru: Joe Biden? Memang, di survei-survei, Biden diunggulkan menang.
Tapi apakah hasil akhirnya akan seperti ini? Atau Biden malah mengulang Hillary Clinton di Pilpres 2016 yang awalnya diunggulkan menang tapi ditumbangkan Trump.
Baca Juga: Jelang Hari Pencoblosan, Hampir 100 Juta Warga AS Telah Berikan Suaranya
Sejumlah polling, sejauh ini masih menempatkan capres dari Partai Demokrat Joe Biden bakal keluar sebagai pemenang. Polling dari New York Times/Siena College menunjukkan, Bidden unggul di empat negara bagian kunci; Pennsylvania, Florida, Arizona, dan Wisconsin.
Semuanya negara bagian krusial yang dimenangi Trump pada 2016.
“Biden paling banyak meraup kemenangan di Winsconsin dengan selisih 11 persen. Di sini, Biden mengungguli dengan 52 persen suara dan Trump tertinggal dengan 41 persen saja,” ungkap hasil survei Sienna Collage yang dikutip oleh New York Times, kemarin.
Pada hari-hari penutupan kampanye, Biden memiliki keunggulan tipis di Florida, di mana dia berada di depan Trump dengan selisih 3 persen, yaitu 47 persen berbanding 44 persen, sebuah keunggulan yang masih dalam batas kesalahan alias margin error. Dia juga memimpin dengan 6 persen di Arizona dan Pennsylvania.
Dalam kondisi apa pun, dukungan pada Trump diprediksi tidak naik lebih dari 44 persen. Jika Biden tetap unggul di tiga dari empat negara bagian yang diuji dalam survei tersebut, hampir pasti dia akan memenangi kontestasi.
Sementara itu, polling dari CNN menunjukkan, Biden unggul di Arizona, Michigan, dan North Carolina. Semuanya juga negara bagian yang dimenangi Trump pada 2016. Hanya jajak pendapat ABC/Washington Post yang memberi kabar buruk bagi Biden.
Hasil surveinya, Trump unggul tipis di Florida dengan 50 persen-48 persen, meski polling itu juga memperlihatkan Biden menang 51 persen-44 persen di Pennsylvania.
Emerson College juga merilis hasil polling yang menunjukkan eks wapres Barack Obama itu, unggul di Michigan, tetapi sama kuat di Ohio dan Lowa.
Sementara polling dari NBC/Wall Street Journal menunjukkan Biden unggul 10 poin dari Trump dengan 52 persen-42 persen. Hasil polling memang jauh mengunggulkan Biden di atas Trump. Bahkan, raihannya lebih baik dari Hillary Clinton empat tahun lalu.
Trump kelihatan cukup terseok-seok mengejar Biden. Trump yang tak kenal lelah terus membom bardir 10 acara di Michigan, Iowa, North Carolina, Georgia dan Florida di hari ter akhir kampanyenya, Minggu (1/11/2020).
Namun, bukan berarti peluang Trump untuk melanjutkan masa jabatan sudah tertutup. Trump bisa saja mengulang nasib mujurnya pada Pilpres 2016, saat melawan Hillary.
Pada Pilpres tersebut, Trump kalah suara di popular vote dengan hampir 3 juta suara. Tapi realitanya, justru Trump yang naik ke tampuk pimpinan tertinggi Paman Sam. Dia berhasil berhasil meraup 304 electoral vote milik Electoral College atau Dewan Elektoral.
Pemilihan Presiden AS memang tidak diputuskan oleh popular vote, melainkan oleh Electoral College yang beranggotakan 538 orang.
Trump bisa menggenggam masa jabatan keduanya jika bisa memenangkan electoral college. Masing-masing dari 50 negara bagian AS ditambah Washington DC memiliki jumlah electoral votes yang sama dengan jumlah anggotanya di DPR ditambah dua Senator mereka.
California dengan 55 electoral votes adalah yang terbesar, diikuti Texas dengan 38, Florida dan New York masing-masing 29, dan Pennsylvania dengan 20. Capres AS butuh minimal 270 electoral votes untuk bisa melaju ke Gedung Putih.
Skema yang “masuk akal” menurut jajak pendapat dan para pakar, Trump hampir pasti akan memenangkan 163 electoral votes dari negara bagian yang dimenangkannya, empat tahun lalu.
Sementara Biden, diprediksi akan meraup setidaknya 260 electoral votes termasuk di dua negara bagian yang pada 2016 dimenangkan Trump yakni Michigan dan Wisconsin.
“Jika Donald Trump memenangkan semua negara bagian yang dia menangkan terakhir kali dengan pengecualian Wisconsin dan Michigan serta mempertahankan Pennsylvania, North Carolina, Arizona, dan Florida, dia menang,” prediksi Capri Cafaro, mantan anggota Demokrat dari senat negara bagian Ohio.
“Dia akan dapat 270 suara,” imbuh Cafaro yang sekarang menjabat eksekutif American University.
Hal senada juga disampaikan Profesor Wesley Widmaier, seorang ahli urusan internasional di Universitas Nasional Australia.
Menurutnya, Trump masih memiliki peluang besar untuk menang meskipun saat ini kalah popular dibanding Biden.
“Dia masih memiliki jalur elektoral yang jelas menuju kursi kepresidenan. Pennsylvania masih mengudara, Florida masih mengudara, dan bahkan Arizona bukanlah hal yang pasti bagi Biden,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: