Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Alhamdulillah, Kini Warga Desa Air Hitam Laut Tak Lagi Minum dari Parit

        Alhamdulillah, Kini Warga Desa Air Hitam Laut Tak Lagi Minum dari Parit Kredit Foto: Dok.BRG
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dahulu, air bersih menjadi barang yang spesial bagi warga Desa Air Hitam Laut, Tanjung Jabung Timur, Jambi. Sebelum program revitalisasi ekonomi yang dilakukan Badan Restorasi Gambut (BRG) warga Desa Air Hitam Laut memanfaatkan air dengan menampung air hujan. Baca Juga: BRG dan PP Muhammadiyah Gagas Kader Jihad Ekologi Gambut

        “Jadi kalau air hujan di musim kemarau habis, kita hanya bisa minum air parit,” kata Ketua Kelompok Organisasi Remaja Jawa (Porja) Junaidi, dalam keterangan, Sabtu (14/11/2020).

        Junaidi mengatakan air yang diperoleh dari hujan dan parit itu biasanya langsung dimanfaatkan, tanpa disaring. Tetapi, perjuangan bertahun-tahun mencari air bersih itu berubah pada 2018.  BRG memberikan bantuan alat penyaring air.

        “Bantuan berupa penyaring air RO dan Oxy. Alhamdulillah kualitasnya sudah layak minum,” ucap dia.

        Junaidi mengatakan program pemurnian air ini dimulai dengan membuat sumur bor. Kelompok Porja yang dia komandoi mendapat bantuan pendanaan dari pemerintah desa.

        Dari bantuan itu, Junaidi dan 14 orang remaja mendirikan depot air isi ulang dan mulai berjalan pada November 2019. Kini setelah setahun berjalan depot air bikinan Porja telah menuai hasil.

        Dengan harga jual Rp10 ribu per isi ulang, Junaidi mengatakan keuntungan yang didapat dari bisnis air isi ulang mencapai puluhan juta. Pada Agustus-September itu omzetnya kurang lebih Rp30 juta. 

        "Kalau keseluruhan pengeluaran hampir Rp23 juta," ucap dia.

        Junaidi mengatakan, mendengar omzet itu banyak warga yang terinspirasi membuka depot air isi ulang. Kini, kata dia, terdapat tiga depot yang kepemilikannya pribadi. Meski mendapat saingan bisnis, Junaidi bersyukur. Sebab, usaha depot air itu dapat membuka lapangan kerja baru.

        "Mereka yang belum  mendapat pekerjaan, bisa masuk ke depot-depot itu," ujar dia.

        Selain menjadi konsumsi warga, depot air minum Porja Desa Air Hitam Laut juga menopang kegiatan puskesmas dan kemasyarakatan. Junaidi menyebut air isi ulang depotnya juga menjadi konsumsi bagi petugas pemadam kebakaran.

        Junaidi mengatakan memberi bantuan konsumsi air secara gratis. Sebab, sebelum adanya depot di desa itu, petugas pemadam kebakaran harus menghabiskan puluhan juta untuk membeli konsumsi air.

        "Alhamdulillah kebakaran kemarin membantu air beberapa galon kita sumbangkan ke petugas pemadam Manggala Agni," kata dia.

        Selain memberi logistik, Junaidi menyebut anggota Porja juga kerap diajak untuk menjaga lahan gambut dari kerusakan. Anggota Porja diutamakan oleh Taman Nasional Berbak Sembilang. Selain itu, anggota porja juga menjadi bagian dari Masyarakat Mitra Polhut. 

        Junaidi berharap depot air yang dikembangkan Porja dapat berkembang. Dia bercita-cita bisnisnya dapat merambah air kemasan.

        "Kalau sampai Porja bisa itu luar biasa sekali. Kalau kita buat air kemasan botol sedang dan gelas itu luar biasa, Itu jelas meningkatkan ekonomi. Menambah omzet," ucap dia.

        Meski begitu, dia menyoal masalah permodalan. Dia berharap ada investor yang mau membiayai atau memberikan bantuan mesin pencetak botol plastik. Dengan begitu, depot air itu bisa merambah ke desa-desa lainnya.

        Selain modal, persoalan lain yang dia dan Porja hadapi yaitu izin dari BPOM. Menurutnya selain izinnya sulit, modal harus tebal, izin ke BPOM setahun belum tentu keluar dan alat segel harganya ratusan juta.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: