Jet Bomber H-20 China Diklaim Bisa Serang sampai Pangkalan Militer AS
Pesawat jet bomber terbaru yang dimiliki Beijing H-20, diproyeksi memiliki kemampuan menyerang pangkalan militer Amerika Serikat (AS) jauh di luar pantai China dengan rudal nuklir.
Menurut laporan lembaga think thank Inggris yang terbaru, pesawat perang subsonik jarak jauh ini merupakan salah satu proyek militer paling misterius China dalam beberapa tahun terakhir dan saat ini sedang dalam pengembangan.
Baca Juga: Jet Tempur MiG-29K Menukik Tajam, Angkatan Laut India Kehilangan 2 Pilot
Pentagon percaya jika jet bomber ini akan memiliki jangkauan lebih dari 5.000 mil dan dapat mencapai wilayah AS, seperti Guam. Analis militer lainnya juga mengisyaratkan jika H-20 bahkan mungkin bisa menjangkau Hawaii.
Organisasi yang berbasis di London Royal United Services Institute, mengklaim H-20 akan memberi China kemampuan proyeksi kekuatan yang benar-benar antarbenua jauh di luar pesisir negara itu.
“Dipersenjatai dengan rudal standoff nuklir dan konvensional, H-20 akan mewakili terobosan besar dari doktrin PLAAF (Tentara Angkatan Udara Pembebasan Rakyat) sebelumnya dan praktek pengembangan peralatan,” ungkap studi lembaga think thank independen baru-baru ini.
“PLAAF (dan PLAN) saat ini dikonfigurasi sebagai pasukan regional untuk konflik dalam rantai pulau pertama dengan kemampuan khusus tambahan yang bertujuan untuk menetralkan atau menekan pangkalan AS di Guam,” terangnya.
“H-20, sebaliknya, akan memberi China kemampuan proyeksi kekuatan antarbenua yang sesungguhnya,” lanjutnya.
Melalui Laporan Kekuatan Militer China 2020, Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan jika H-20 kemungkinan akan memiliki jangkauan setidaknya 8.500 kilometer.
Ini berarti jet bomber dapat dengan mudah menargetkan pangkalan Amerika di Guam, wilayah strategis AS sekitar 2.000 mil dari pantai China.
Pakar lain melihat tentara China kemungkinan ingin memasukkan Hawaii dalam daftar targetnya melalui H-20.
Dalam laporan tentang H-20 pada November lalu, The National Interest mengatakan PLAAF menginginkan jet bomber strategis yang dapat beroperasi dalam rantai ketiga, juga dikenal sebagai area yang dimulai dengan Kepulauan Aleut dan meluas ke luar Hawaii.
Laporan sebelumnya mengklaim jika H-20 bisa digunakan akhir tahun ini.
Setelah pengembangan H-20 selesai, China akan bergabung dengan AS dan Rusia untuk memiliki kekuatan militer tiga cabang yang dapat meluncurkan rudal nuklir dari udara, darat dan laut.
Diketahui, Beijing telah mempertimbangkan kapan akan meluncurkan pesawat jet bom ini di tengah meningkatnya ketegangan karena virus corona.
Sumber militer mengatakan kepada South China Morning Post jika jet bomber itu tadinya direncanakan akan tampil di depan umum untuk pertama kalinya di Zhuhai Airshow pada 10 hingga 15 November lalu.
Namun, pertunjukan udara besar yang diadakan setiap dua tahun sekali itu ditunda tahun ini. Menurut pernyataan yang diposting oleh penyelenggara expo, keputusan tersebut diambil karena pandemi Covid-19. Hingga saat ini tidak ada tanggal baru yang diumumkan.
“Zhuhai Airshow diharapkan menjadi platform untuk mempromosikan citra China dan keberhasilannya dalam pengendalian pandemi - memberi tahu dunia luar jika penularan tidak berdampak besar pada perusahaan industri pertahanan China,” ungkap sumber tersebut.
Seperti diketahui, ketegangan terus meningkat antara AS dan China karena virus korona yang diyakini telah dimulai di Wuhan. Kedua negara telah menuduh satu sama lain salah menangani krisis.
Menurut Badan Intelijen Pertahanan AS, H-20 adalah jet bomber strategis yang mirip dengan B-2 atau B-21. Pesawat jet bomber tersebut akan dilengkapi dengan rudal nuklir dan konvensional dengan berat lepas landas maksimum lebih dari 200 ton.
“Seperti rudal balistik antarbenua, semua jet bomber strategis dapat digunakan untuk mengirimkan senjata nuklir ... jika China mengklaim telah menjalankan kebijakan pertahanan nasional yang murni bersifat defensif, mengapa perlu senjata ofensif seperti itu?,” terang sumber lain.
Sumber itu juga mengungkapkan jika AS menyebarkan lebih banyak jet tempur supersonik F-35, itu akan mendorong China untuk memajukan penggunakan jet bomber itu. AS dilaporkan telah menjual sekitar 200 jet tempur ke Jepang dan Korea Selatan.
H-20 diyakini telah dikembangkan sejak awal 2000-an, tetapi proyek tersebut pertama kali diumumkan secara publik pada 2016.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto