Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tekan Kematian Akibat Pneumonia, Pemprov Jatim Siapkan Imunisasi PCV

        Tekan Kematian Akibat Pneumonia, Pemprov Jatim Siapkan Imunisasi PCV Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
        Warta Ekonomi, Surabaya -

        Pemerintah Indonesia terus berupaya menekan angka kematian akibat pneumonia. Untuk menekan angka kematian akibat pneumonia, pemerintah pusat maupun daerah terus mengendalikan yakni dengan cara mengintroduksi vaksin pneumokokus konyugasi (PCV) kepada masyarakat.

        Vaksin PCV ini sebelumnya telah berhasil diintroduksi sejak 2015 hingga 2019 di Nusa Tenggara Barat dan Bangka Belitung. Selanjutnya, berdasarkan keberhasilan program tersebut, mulai 2020, pemberian imunisasi PCV diperluas untuk wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur, lalu bertahap akan diperluas hingga tercakup secara nasional pada 2024.

        Pemerintah Provinsi Jawa Timur lewat Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Herlin Ferliana mengatakan, pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan bahwa pneumonia menjadi penyebab satu juta kematian atau 16 persen dari total kematian bayi di seluruh dunia setiap tahunnya. Pneumonia menjadi penyebab tertinggi kematian bayi muda atau neonatus dengan rentang usia 0-28 hari.

        Baca Juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Tiba, Awal Akhiri Pandemi

        Sementara itu, kata Herlin, Jawa Barat dan Jawa Timur diketahui memiliki jumlah penduduk terbanyak di Pulau Jawa, sehingga jumlah anak-anak dipastikan akan menjadi yang terbanyak. Imunisasi PCV diberikan kepada anak usia 0-1 tahun (2 bulan, 3 bulan, 1 tahun).

        "Jadi bagi masyarakat saya imbau untuk bersiap, pencegahan itu jauh lebih murah dibandingkan dengan pengobatan. Dan imunisasi adalah upaya sangat stratgeis menguatkan balita kita agar tidak terserang penyakit," tegas Herlina di Surabaya, Senin  (7/12/2020). 

        Meskipun dalam situasi pandemi, lanjut Herli, Kadinkes Jatim tetap meminta masyarakat untuk mencegah agar anak-anak balita di Jawa Timur tidak terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

        'Kami meminta masyarakat untuk tetap berupaya keras melakukan semuanya. Harus mencegah anak-anak agar tidak tertular. Kita selain mengatasi pandemi Covid-19, juga  tetap menyelesaikan masalah yang lain, termasuk imunisasi untuk pneumonia, difteri, polio, dan yang lain,' ujar Herlin.

        Sementara itu, Child and Survival Development Unicef Indonesia, Armunanto mengungkapkan, alasan mengapa Jawa Timur dan Jawa Barat menjadi wilayah yang jumlah penduduknya paling banyak. Dengan banyaknya jumlah penduduk, maka jumlah anak-anak juga paling banyak.

        "Saat dilakukan uji coba imunisasi PCV ini di Nusa Tenggara Barat dan Bangka Belitung, hasilnya ternyata cukup efektif menekan angka kasus pneumonia. Untuk itulah dipilih Jawa Barat dan Jawa Timur sebagai wilayah dengan jumlah populasi anak terbanyak," kata Armunanto.

        Seharusnya, kata Armunanto, dalam pelaksanaan program imunisasi PCV di wilayah Jawa Timur dan Jawa Barat, dimulai pada 2020, tapi lantaran ketersediaan vaksinya belum ada, maka imunisasi ini baru bisa dilaksanakan pada 2021.

        Berkaca pada program imunisasi difteri di Jawa Timur pada 2019 lalu, jumlah sasaran anak yang diimunisasi mencapai 11 juta jiwa. Namun, jika mengikuti batasan usia bayi usia muda (2 bulan sampai 1 tahun), maka diperkirakan hanya tersisa sekitar 30 persen atau sekitar 3 juta bayi.

        "Sampai saat ini masih belum diketahui pasti berapa jumlah sasarannya imunisasi PCV di Jawa Timur ini. Karena ini baru dikenalkan kepada masyarakat dan baru akan didata oleh Dinkes provinsi," beber Armunanto.

        Baca Juga: Bamsoet: Setelah Vaksinasi, Tugas Berikutnya Pulihkan Perekonomian Indonesia

        Yang menggembirakan, menurut Armunanto adalah imunisasi PCV yang sebelumnya berbayar kini digratiskan. Pemerintah Indonesia dikatakan mampu menghemat hingga 300 persen lebih murah untuk pembelian vaksin PCV ini.

        Pada September 2020 lalu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dan Kepala Perwakilan Unicef di Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama yang memungkinkan untuk melakukan pengadaan vaksin dengan harga terjangkau.

        MoU yang ditandatangani pada September 2020 tersebut, memperbaharui MoU Pemerintah Indonesia dengan Unicef di 2004. MoU tersebut mengatur proses pengadaan barang dan jasa melalui Unicef, mulai dari proses pengajuan, pembayaran, sampai pengiriman, sehingga diharapkan dapat memperlancar pemberian produk kesehatan esensial untuk masyarakat Indonesia.

        Pengadaan dan pembelian vaksin dilakukan melalui Supply Division Unicef di Copenhagen, Denmark. Dengan melalui divisi ini, Pemerintah Indonesia dimungkinkan untuk melakukan pemesanan vaksin dengan jumlah yang besar dengan harga yang lebih rendah sehingga akan terjadi penghematan yang signifikan.

        "Kemitraan ini akan memungkinkan Indonesia membeli vaksin baru seperti pneumococcal conjugate vaksin (PCV) dengan harga sepertiga dari harga pasar saat ini. Jika diukur secara nasional, hal ini dapat mencegah hampir 10.000 kematian anak setiap tahun," kata Debora Comini, Perwakilan Unicef Indonesia, usai melakukan penandatanganan kerja sama beberapa bulan lalu di Jakarta.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Mochamad Ali Topan
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: