Dorong Konektivitas, AirNav Tukar Data Penerbangan dengan Filipina
AirNav Indonesia menerapkan teknologi pertukaran data penerbangan antara air traffic control (ATC) system yang dimiliki Indonesia dengan ATC system yang dimiliki Filipina.
Menurut Direktur Utama AirNav Indonesia, M. Pramintohadi Sukarno, pertukaran data penerbangan ini dapat mendorong konektivitas ruang udara Indonesia di kawasan Asia Tenggara, khususnya dengan Filipina.
Baca Juga: Berapa Harga Data Pribadi yang Bocor di Forum Gelap?
"Data penerbangan dari ATC system AirNav Indonesia di Makassar Air Traffic Services Center (MATSC) telah berhasil kami hubungkan dengan data penerbangan dari ATC system yang berada di Manila, Filipina," kata Pramintohadi di Jakarta, Senin (7/12/2020).
Menurutnya, teknologi yang menghubungkan data penerbangan kedua negara disebut dengan ATS Inter-facility Data Communication (AIDC), atau komunikasi data antarsistem yang memungkinkan pertukaran data secara otomatis antar-ATC system. Hal ini merupakan sebuah terobosan baru bagi industri penerbangan Indonesia dan memiliki banyak keuntungan.
"Selain berkomunikasi dengan pilot pesawat udara, seorang petugas air traffic control (ATC) juga melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pusat-pusat pengendalian lalu lintas udara negara lain. Sebelumnya, koordinasi dilakukan secara tradisional menggunakan alat telepon (direct speech) yang dapat langsung terhubung ke pusat pengendalian lalu lintas udara negara tetangga. Koordinasi yang disampaikan berisi tentang data penerbangan yang menghubungkan antarnegara," papar Praminthohadi.
Salah satu keunggulan AIDC, menurut dia, adalah bekerja secara real time menjalankan pertukaran data penting penerbangan yang menghubungkan kedua negara. Segala informasi yang dipertukarkan berjalan melalui komunikasi antar-ATC System dan dapat dimonitor secara langsung oleh air traffic controller di masing-masing negara.
"Dengan adanya penerapan AIDC antara Indonesia dengan Filipina, penerbangan lintas benua dari utara ke selatan atau sebaliknya dapat dikoordinasikan berbasis data, atau dalam istilah teknisnya disebut voiceless coordination. Indonesia dengan Australia telah lebih dahulu menerapkan teknologi ini beberapa tahun yang lalu dan telah berjalan dengan sangat baik, kini negara tetangga di bagian utara juga dapat ikut merasakan keuntungannya," terangnya.
Teknologi ini memungkinkan Petugas ATC bekerja lebih fokus terhadap pengendalian lalu lintas penerbangan tanpa disibukkan lagi dengan koordinasi ke pusat pengendali negara lain. Penurunan beban kerja Petugas ATC tentunya akan berdampak langsung terhadap peningkatan keselamatan dan efisiensi penerbangan.
"Kami mengapresiasi penyedia pelayanan navigasi penerbangan Filipina yang pada pertengahan tahun 2019 lalu telah sepakat dengan Indonesia untuk menerapkan teknologi ini. Lalu pada akhir tahun 2019, uji coba penerapan AIDC antarkedua negara ini resmi dilakukan. Masa percobaan kala itu memerlukan waktu sekitar enam bulan sejak tanggal 10 Oktober 2019 sampai dengan 23 April 2020," ujar Pramintohadi.
Setelah masa uji coba selesai, dilanjutkan dengan tahap evaluasi. Pada tahap ini dilakukan penelitian mengenai keberhasilan dan kegagalan yang terjadi, kekurangan dan kelebihan yang ditemukan, serta dampak pada hubungan koordinasi jalur penerbangan yang menghubungkan antarkedua negara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: