Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Genjot Produktivitas Pangan, Kang Emil Minta Perbankan Tingkatkan Kredit Pertanian

        Genjot Produktivitas Pangan, Kang Emil Minta Perbankan Tingkatkan Kredit Pertanian Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Kredit bagi petani Jawa Barat dinilai masih tergolong tinggi. Untuk itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) meminta perbankan khususnya bank bjb lebih aktif untuk menyalurkan kredit kepada petani. Pasalnya, produktivitas pertanian dalam negeri khususnya Jawa Barat masih rendah.

        Terbukti masih bergantungnya terhadap produk pertanian impor. Bahkan, diprediksi tahun 2021 Jawa Barat akan krisis pangan akibat dikuranginya volume ekspor pangan dari sejumlah negara seperti Vietnam.

        "Salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas pertanian adalah belum maksimalnya peran perbankan dalam menyalurkan kredit bagi petani," kata Emil saat meluncurkan Westa Java Food & Agriculture Summit 2020, di Bandung, Kamis sore (10/12/2020). Baca Juga: Astaga, Belum Beres di Polda Metro, Pentolan FPI Rizieq Bakal Digarap Polda Jabar

        Emil meminta perbankan khususnya bank bjb dan BUMN agar lebih aktif turun ke kawasan pertanian untuk memberi pinjaman modal bagi petani.

        "Perbankan harus mendukung penuh revolusi pangan. Jangan tunggu bola, jangan gunakan politik jaga warung yang menunggu orang lewat," tegasnya.

        Terlebih, selama ini kalangan petani sulit untuk mendapat pinjaman modal dari perbankan. Sehingga, tidak heran jika petani menjadi sasaran empuk para rentenir.

        "Padahal bagi mereka besaran bunga enggak masalah. Yang jadi masalah kemudahan aksesnya," ujarnya.

        Emil menyoroti masih rendahnya produktivitas pangan dikarenakan semakin sedikitnya jumlah petani di daerah pertanian. Ia menuturkan, saat ini 75% petani sudah berusia di atas 45 tahun.

        "Anak-anak muda tidak ingin menjadi petani," imbuhnya.

        Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat menggagas program 1.000 petani milenial untuk menumbuhkan minat bertani di kalangan anak muda. 

        Melalui program ini, diharapkan anak muda membawa perubahan terhadap masa depan pangan Tanah Air khususnya Jawa Barat. Dengan cara inipun, Emil berharap pertanian di Jawa Barat lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi dan digitalisasi. Ke depan, setiap petani muda akan mendapatkan lahan minimal satu hektare untuk bertani.

        "Lahan-lahan yang tidak terpakai milik pemda, akan dipinjamkan kepada petani milenial," katanya. 

        Adapun komoditas yang ditanam akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan kondisi lahan. Selain itu, pihaknya pun akan mencarikan offtaker baik di dalam maupun luar negeri sehingga mereka bisa berkolaborasi untuk menentukan komoditas apa yang dibutuhkan pasar.

        "Jadi mereka tidak perlu bingung-bingung memikirkan hasil pertaniannya akan dijual ke mana," ujarnya.

        Selain itu, petani milenial juga akan didorong untuk menggunakan teknologi dalam bertani. Dengan begitu, ia optimis produktivitasnya akan meningkat bahkan mampu menembus pasar global. "Pemanfaatan teknologi, terutama yang berbasis internet," imbuhnya

        Adapun, Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KpW) Jawa Barat mencatat sektor pertanian dinilai sebagai salah satu sektor ekonomi yang diprioritaskan untuk segera dipulihkan karena merupakan penyumbang ekonomi terbesar ke-3 di Jawa Barat setelah industri pengolahan dan perdagangan pada triwulan III 2020. 

        "Kami cermati, dalam 3 tahun terakhir (2017-2019), sektor tersebut menunjukkan trend pertumbuhan meningkat," kata Kepala BI Jabar Herawanto.

        Di masa pandemi, sektor ini bahkan menjadi salah satu sektor yang masih mampu tumbuh positif. Pada 2021 mendatang, kinerja sektor pertanian tentunya harus terus diusahakan tetap terjaga.  

        Secara produksi 10 komoditas pangan utama Jawa Barat yaitu padi, daging ayam ras, telur ayam ras, daging sapi, bawang merah, bawang putih, cabai merah, tomat, tebu dan kelapa sawit, tersebar di lima kawasan ekonomi. Aktivitas pertanian jelas melibatkan begitu banyak masyarakat Jawa Barat. 

        Di sisi lain, data BPS menunjukkan tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa Barat berada di kawasan Pantura dan Priangan Timur dengan persentase penduduk miskin masing-masing sebesar 10,89% dan 8,72%. Kedua kawasan ini notabene merupakan sentra pertanian Jawa Barat. 

        Oleh karena itu, perbaikan kinerja dan nilai tambah sektor pertanian yang lebih baik akan berpotensi untuk memperbaiki kesejahteraan di daerah-daerah tersebut yang tentu akan berdampak di keseluruhan kesejahteraan di Jawa Barat. 

        Berdasarkan hasil Kajian Neraca Pangan Jawa Barat bahwa terjadi defisit beberapa komoditas pangan strategis, terutama telur ayam ras, daging sapi, bawang putih, minyak goreng dan gula pasir. Selain belum optimalnya produksi, Jawa Barat juga berfungsi sebagai pemasok pangan ke daerah lain, khususnya DKI Jakarta. 

        Kondisi ini yang menyebabkan ketergantungan tinggi pada pasokan dari daerah lain, namun di sisi lain juga tersedotnya pasokan pangan tertentu ke daerah lain. 

        Di sisi lain, pelaku sektor pertanian masih didominasi lebih dari 50% oleh pelaku usaha pertanian berusia 45 tahun hingga lebih dari 65 tahun. "Oleh karena itu, penting untuk menggalang partisipasi generasi milenial di sektor pertanian sebagai langkah strategis untuk sustainabilitas ke depannya," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: