Tahu Kasus Kematian Corona Jerman Masih Tinggi, Angela Merkel Murka Berapi-api
Kanselir Jerman Angela Merkel meminta pembatasan yang lebih ketat untuk menurunkan infeksi virus corona. Hal ini disusul jumlah kematian yang mencapai hampir 600 orang di Jerman.
Dengan penuh emosi, Merkel meminta agar semua orang memberikan perhatian serius ke virus Covid-19 itu.
Baca Juga: Gokil Sih, Jerman Bakal Simpan Vaksin Corona di Lokasi Rahasia karena...
“Ketika Gluhwein (smulled wine) sedang di bangun, ketika stan wafel sedang dibangun, itu tidak sesuai dengan apa yang telah kami sepakati hanya untuk makanan dan minuman,” katanya kepada parlemen, mengacu pada pasar Natal tradisional Jerman.
“Saya benar-benar minta maaf dari lubuk hati saya ... tetapi jika harga yang kita bayar adalah 590 kematian sehari maka itu, menurut saya, tidak dapat diterima,” ujarnya, dikutip The Local.
“Kami harus melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan jika kami tidak lagi mengalami pertumbuhan eksponensial,’ tambahnya.
Karena itu, Merkel mengganggap penutupan yang lebih ketat, termasuk sedikit aktifitas di sekolah, penutupan toko setelah Natal hingga setidaknya 10 Januari, sudha tepat.
Untuk tujuan ini, dia mengatakan liburan musim dingin harus diperpanjang atau dipindahkan ke kelas digital. Merkel mengatakan dia berencana untuk berbicara dengan 16 negara bagian Jerman tentang langkah-langkah pengetatan itu.
Langkah ini diambil setelah sebelumnya Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Jerman Leopoldina, telah menasihati para pemimpin tentang bagaimana menangani krisis, menerbitkan seruan mendesak kepada para politisi mengingat situasi yang mengkhawatirkan di Bundesrepublik.
Mereka menyerukan penguncian yang lebih ketat di Jerman untuk menangani situasi virus korona yang memburuk. Merkel mendukung rekomendasi Akademi ini.
Dia juga menegaskan negara bagian tidak boleh mengizinkan hotel menampung kerabat saat Natal. Karena ini akan menciptakan “insentif” untuk bepergian.
Saat ini, wisatawan tidak diizinkan untuk menginap di hotel, tetapi beberapa negara bagian, termasuk Berlin, akan membuat pengecualian untuk liburan.
Merkel mengatakan orang memiliki tanggung jawab untuk secara signifikan mengurangi kontak sosial, terutama saat Natal menjelang.
“Jika kita memiliki terlalu banyak kontak sebelum Natal dan akhirnya menjadi Natal terakhir dengan kakek-nenek, maka kita benar-benar telah gagal. Kita tidak boleh melakukan ini,” terangnya.
“Agak tidak manusiawi menjauhkan diri dari orang lain, tapi itu bukan sesuatu yang benar-benar menghancurkan hidup kita,” lanjutnya.
Dia menargetkan kasus baru di Jerman harus tetap mencapai 50 kasus baru per 100.000 penduduk dalam tujuh hari di Jerman. Adapun jumlah saat ini sekitar 140 kasus. “Kalau tidak, pandemi akan terus menerus lolos dari jari kita,” ujarnya.
Dia mengatakan meskipun pembatasan yang berlaku sejak 2 November mampu menghentikan pertumbuhan eksponensial, namun belum berhasil membalikkan tren itu. “Jumlah kontak terlalu tinggi, pengurangan kontak saja tidak cukup,” tegasnya.
Merkel mengatakan dia yakin sebagian besar penduduk Jerman akan terus mematuhi aturan untuk menahan virus.
“Mayoritas penduduk telah menunjukkan kesiapannya untuk menunjukkan pertimbangan, mengesampingkan kepentingannya sendiri, untuk mengikuti aksi,” katanya.
Seperti diketahui, Jerman telah memerintahkan aturan penutupan yang jauh lebih ketat daripada negara-negara besar Eropa lainnya setelah melalui gelombang pertama pandemi yang relatif lebih aman.
Jerman telah memulai penguncian sebagian dalam beberapa minggu terakhir. Namun penerapan pembatasan bervariasi di antara 16 negara bagian di negara itu. Banyak restoran tutup, namun banyak toko tetap buka.
Namun ekonomi Jerman terpukul parah akibat gelombang kedua seiring banyaknya korban infeksi baru setiap hari lebih dari tiga kali lipat dari puncak di musim semi. Korban tewas harian pun telah meningkat, mencapai rekor 590 pada Rabu (9/12/2020).
Menurut otoritas kesehatan, hingga Rabu (9/12/2020), negara itu telah mencatat lebih dari 1,2 juta kasus virus korona secara keseluruhan dan jumlah kematian mencapai 19.932 jiwa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: