Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Risma Dihujani Kritikan, Banteng Pasang Badan

        Risma Dihujani Kritikan, Banteng Pasang Badan Kredit Foto: Antara/BPMI Setpres/Muchlis Jr
        Warta Ekonomi -

        Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) membela kadernya, Tri Rismaharini yang ramai dikritik karena blusukannya di Jakarta setelah menjabat sebagai Menteri Sosial (Mensos). Aksi perempuan yang akrab disapa Risma itu mencerminkan karakter kepemimpinannya.

        “Bu Risma setiap kunjungan ke daerah itu turun dan menyapa rakyat. Khususnya mereka yang miskin dan terpinggirkan,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto melalui keterangan tertulisnya, kemarin.

        Dia menjelaskan, tidak ada yang salah dengan yang dilakukan Risma. Bahkan, tradisi blusukan ini juga dilakukan Presiden Joko Widodo ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta. Hasto menilai, blusukan menjadi kultur kepemimpinan nasional. Pemimpin yang menyatu dengan rakyat.

        Baca Juga: Netizen Beberkan Beda Blusukan Risma dan Fadli Zon, Parah Deh!

        ’’Bukankah sejak awal ketika konstitusi dirancang, semangat para pendiri republik ini menegaskan bagaimana fakir miskin dan anak telantar dipelihara negara,’’ sebutnya.

        Faktanya, kata Hasto, karakter kepemimpinan Risma ini mampu membawa kemajuan dan keberpihakan bagi rakyat kecil di Kota Surabaya. Sebelum menjadi Mensos, Risma merupakan Walikota Surabaya.

        Menurut Hasto, Risma akan melakukan blusukan bukan hanya di Jakarta, tapi juga di seluruh wilayah Indonesia yang merupakan wilayah kerjanya sebagai Mensos. Misalnya, akhir tahun lalu, Risma berkunjung ke Ponorogo, Jawa Timur, untuk bertemu penyandang disabilitas.

        Hal senada disampaikan Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP, Gilbert Simanjuntak. Dia menilai, seorang pejabat memang seharusnya sering blusukan. Aksi itu jauh lebih baik ketimbang bernarasi tanpa ada tindakan konkret.

        Karenanya, Gilbert tak mau pusing dengan tudingan blusukan Mensos sebagai tindakan pencitraan. “Saya yakin, rakyat sudah dewasa melihat yang baik, tanpa butuh para politisi menggiring opini berlebihan,” pungkasnya.

        Aksi blusukan Risma menjadi sorotan publik. Di hari pertamanya bekerja, pada 28 Desember 2020, Risma mendatangi kolong jembatan yang ditinggali pemulung di belakang kantornya, di Jakarta Pusat.

        Kemudian Senin (4/1) lalu, Risma menyambangi kawasan Jalan Sudirman-Thamrin dan menemukan sejumlah gelandangan. Sontak, aksi ini menuai dukungan juga kritik. Kritik pedas di antaranya datang dari politisi Partai Gelora, Fahri Hamzah. “Kerja pakai konsep. Situasi sulit, uang makin sedikit. Tolong jangan sia-siakan waktu,” ujar Fahri di akun Twitter @Fahrihamzah.

        Kritikan pedas pun dilontarkan Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bukhori Yusuf. Dia menilai aksi Risma di Jakarta adalah pencitraan.

        Secara terpisah, pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Firdaus Syam menilai, yang dilakukan Risma itu untuk kepentingan target politik semata. “Dugaan saya bukan target kinerja, tetapi target politik saja. Bukan itu yang ditunggu publik dan tidak menjawab masalah di Kemensos,” prediksinya, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

        Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana Unas ini menyarankan, Risma konsentrasi memperbaiki citra dan kinerja Kemensos yang sedang rusak akibat pendahulunya yang terseret kasus dugaan korupsi.

        Wakil Sekretaris Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) DKI Jaya Tahun 1989-2003 ini mengingatkan, aspirasi publik terhadap Risma di Kemensos adalah memperbaiki kepercayaan masyarakat yang mulai pudar. Sekarang, publik tidak ingin blusukan, melainkan bagaimana Risma mengeluarkan kebijakan baru yang memang pro rakyat, dan memperbaiki sistem pengawasan di Kemensos. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: