Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Terungkap Fakta Terbaru! Banjir Bandang Cisarua Bogor, DLH Jabar Bilang...

        Terungkap Fakta Terbaru! Banjir Bandang Cisarua Bogor, DLH Jabar Bilang... Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Berdasarkan hasil analisa Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat bahwa curah hujan yang tinggi serta struktur alam yang rawan bencana menjadi penyebab banjir bandang yang menerjang Kampung Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Selasa (19/1/2021) lalu.

        Kajian tersebut berdasarkan analisis indeks jasa ekosistem yang salah satunya lewat sistem informasi geografis. Hasilnya, ditemukan fakta bahwa hujan turun dengan volume yang sangat tinggi sesaat sebelum terjadinya bencana.

        "Hujan tinggi banget, limpasannya hingga satu juta liter. Sama dengan tumpahan 145 mobil tangki air yang masing-masing berkapasitas 8.000 liter," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Prima Mayaningtyas kepada wartawan di Bandung, Jumat (5/2/2021). Baca Juga: Emas dan Perak Jadi Rebutan Sampai Banjir Pesanan, Lembaga Ini Ngaku Kewalahan!

        Selain curah hujan yang tinggi, diperburuk struktur alam di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisampay yang menjadi kawasan hulu daerah tersebut sehingga rawan bencana. Ditambah, banyak tanah di daerah seluas 684 hektare tersebut yang kemiringannya lebih dari 40 derajat.

        "Elevasinya miring banget, curam. Ada 45% yang seperti itu," imbuhnya.

        Prima mengungkapkan tanah di kawasan hulu itu cukup gembur sehingga rawan pergerakan. Maka, tidaklah heran jika daerah itu rawan longsor dengan indeks mencapai 6,9%."Jadi kawasan hulu itu memang rawan bencana, 54%. Ini sangat tinggi," imbuhnya.

        Tak hanya itu, kawasan tersebut terdapat lima hulu sungai, sedangkan di hilirnya hanya terdapat satu aliran air. "Jarak dari lima hulu sungai ke aliran air itu hanya satu kilometer," tambahnya.

        Dengan demikian,  saat hujan turun di kawasan hulu, aliran sungai yang jumlah hanya satu tersebut mudah terisi limpasan air yang pergerakannya sangat cepat akibat volume yang banyak serta tingkat kemiringan tanah yang curam. Selain itu, perlintasan air itu terisi juga oleh material longsoran sehingga terjadi penyumbatan.

        "Jadi satu-satunya aliran sungai itu tertutup," tegasnya.

        Berdasarkan hasil analisa tersebut, DLH Jabar menyimpulkan penyebab banjir bandang hampir seluruhnya akibat faktor alam. Pasalnya, tidak ada kerusakan alam yang berarti mengingat alih fungsi lahan yang jumlahnya masih sedikit. Hal ini pun diperkuat oleh kondisi alam yang masih didominasi oleh hutan.

        "Di sana itu lahan yang terbangun hanya 1%.Tutupan lahannya hutan, masih utuh," katanya.

        Dia menegaskan, kawasan tersebut tidak boleh dialihfungsikan apalagi digunakan untuk permukiman maupun bangunan lainnya. Harus terbebas dari berbagai aktivitas manusia apalagi yang bersifat permanen.

        "Itu rawan bencana. Tingkat kemiringan tinggi, rawan pergerakan tanah," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Vicky Fadil

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: