Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        SBY dan JK Kompak Tanggapi Jokowi, Ini yang Dilihat Refly Harun

        SBY dan JK Kompak Tanggapi Jokowi, Ini yang Dilihat Refly Harun Kredit Foto: IG @reflyharun
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tanggapan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan mantan wakilnya Jusuf Kalla (JK) atas pernyataan Presiden Jokowi dinilai menunjukkan adanya masalah pada urusan mengkritik pemerintah.

        "Kalau tokoh sekaliber SBY dan JK urun rembug, berarti memang ada persoalan," ujar pengamat hukum dan politik Refly Harun dalam saluran Youtube-nya, Minggu (14/2/2021).

        Baca Juga: Rocky Gerung: Kritik Itu Bukan Soal Pedas atau Tidak Pedas

        Seperti diketahui, SBY lewat twitter menyatakan bahwa kritik adalah obat yang menyehatkan meskipun pahit. Sebaliknya, pujian adalah gula-gula yang dapat membuat sakit kendati manis. Sementara, JK mempertanyakan bagaimana mengutarakan kritik tanpa khawatir dipolisikan.

        Refly mengaku tidak tahu pasti apakah SBY atau JK juga bersikap sesuai dengan apa yang mereka utarakan saat ini ketika masih menjabat. Tetapi yang pasti, situasi politik masa pemerintahan SBY dan era Jokowi berbeda sekali.

        "Terus terang kalau kita bandingkan, memang situasi politik saat ini lebih mencekam dibandingkan masa SBY. Di masa SBY ada yang dipenjara karena perbedaan pendapat, ada aktivis dibui karena demonstrasi. Namun, yang saya ingin katakan suasana saat ini jauh lebih mencekam dalam hal demokrasi kita," tutur guru besar hukum tata negara itu.

        Menurut Refly, salah satu penyebabnya adalah perkembangan pesat media sosial. Yang kedua, akibat sikap pemerintah sendiri yang dinilainya tidak mau memegang teguh demokratisasi.

        "Bahkan ada kecenderungan menjadi otoritarian. Mudah-mudahan Presiden Jokowi tidak tercatat sebagai presiden yang menumbuhkan kembali otoritarianisme setelah dengan berdarah-darah kita tumbangkan melalui reformasi Mei 1998," ujarnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: