Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Iran: Pemimpin Barat Sangat Munafik Soal Nuklir

        Iran: Pemimpin Barat Sangat Munafik Soal Nuklir Kredit Foto: Creative Commons
        Warta Ekonomi, Teheran -

        Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, menuduh kekuatan Barat munafik. Penyataan itu muncul setelah laporan Israel menyatakan Iran memperluas pabrik uranium tingkat penggunaan untuk senjata.

        Zarif menyinggung laporan media tentang pekerjaan baru yang sedang berlangsung di fasilitas Dimona di gurun Negev. Dia bertanya kepada Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin barat yang tersisa pada kesepakatan energi nuklir 2015 dengan Iran tentang kekhawatiran pengembangan tersebut. 

        Baca Juga: Demi Lawan Kekuatan Iran, Gabungan 4 Negara Eropa Ini Bersatu Kembangkan Bom Nuklir

        Awal pekan ini Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat (AS) menuntut agar Iran menghentikan pengayaan uranium.

        Pada Januari, pabrik Fordow Iran melanjutkan penyulingan uranium menjadi 20 persen konsentrasi isotop fisil uranium-235 dengan kecepatan setengah kilogram per hari. Tingkat kemurnian itu jauh di bawah tingkat 90 persen yang dibutuhkan untuk senjata nuklir, tetapi lebih tinggi daripada yang digunakan di kebanyakan reaktor nuklir.

        Mereka juga memperingatkan Teheran agar tidak memblokir inspeksi Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Badan tersebut telah diamanatkan di bawah Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) kecuali semua pihak lain menghormati komitmen mereka sendiri di bawah pakta tersebut.

        Washington belum kembali dalam JCPOA setelah presiden Donald Trump menarik diri pada 2018. AS pun memberlakukan kembali sanksi terhadap ekspor minyak Iran yang dicabut berdasarkan kesepakatan.

        Pekan lalu, Zarif menyerang Inggris, Prancis, dan Jerman karena menyerukan Iran untuk kembali ke kesepakatan tanpa komitmen serupa dari AS. Namun, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan AS bersedia untuk terlibat jika pihak-pihak yang tersisa, termasuk Rusia, China, dan blok perdagangan Uni Eropa mengatur pertemuan puncak.

        Namun, Perdana Menteri Israel  Benjamin Netanyahu, memperingatkan AS pada Jumat (19/2/2021). Jika AS menghidupkan kembali JCPOA maka akan membuka jalan Iran menuju persenjataan nuklir. 

        Israel diperkirakan memiliki antara 80 dan 400 senjata nuklir di gudang senjata klandestinnya. Meskipun hingga kini Teheran belum pernah menguji perangkat semacam itu di wilayahnya sendiri.

        Iran secara konsisten terbuka menolak pengembangan senjata nuklir sejalan dengan fatwa lama dari pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: