Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Moeldoko Oh Moeldoko: Jabatan Ketum Demokrat dalam Genggaman, Ngaku Khilaf Kemudian!

        Moeldoko Oh Moeldoko: Jabatan Ketum Demokrat dalam Genggaman, Ngaku Khilaf Kemudian! Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB), Moeldoko, mengaku tak meminta persetujuan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memutuskan menjadi Ketum Demokrat di Deli Serdang. Ia menyebut tak ingin membebani Presiden terkait masalah ini.

        "Terhadap persoalan yang saya yakini benar dan itu atas otoritas pribadi yang saya miliki maka saya tidak mau membebani Presiden," kata Moeldoko melalui media sosial Instagram-nya, Minggu (28/3/2021). Baca Juga: Ngotot Jadi Bos Partai Demokrat, Moeldoko: Ini Otoritas Saya, Jangan Bawa-Bawa Presiden Jokowi!

        Oleh karena itu, mantan Panglima TNI itupun meminta agar masalah ini tak lagi disangkutpautkan dengan Presiden Jokowi.

        "Untuk itu jangan bawa-bawa Presiden dalam persoalan ini," tegas dia.

        Baca Juga: Moeldono Blak-blakan Alasan Pimpin Demokrat Demi Pertarungan Ideologis 2024

        Selain itu, Moeldoko juga mengaku khilaf karena tak memberitahukan keluarganya terkait keputusannya untuk memimpin Partai Demokrat. Namun menurutnya, selama ini dirinya telah terbiasa mengambil berbagai risiko demi kepentingan bangsa dan negara.  

        Moeldoko pun kemudian menjelaskan alasannya memutuskan menjadi Ketum Demokrat. Menurutnya, saat ini tengah terjadi situasi khusus dalam perpolitikan nasional yakni pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024.

        Pertarungan tersebut, kata dia, dilakukan secara terstruktur dan mudah dikenali. Hal ini pun dinilainya menjadi ancaman bagi bangsa dan negara untuk menuju Indonesia emas pada 2045. Menurut dia, pertarungan ideologi itu juga terlihat di tubuh Demokrat.

        "Ada kecenderungan tarikan ideologis itu juga terlihat di tubuh Demokrat. Jadi ini bukan sekadar menyelamatkan Demokrat tetapi juga menyelamatkan bangsa dan negara," ungkap Moeldoko.

        Lebih lanjut, Moeldoko menyampaikan, sebelum memutuskan untuk menjadi pemimpin Demokrat, ia juga telah memastikan keseriusan para peserta KLB saat itu dengan mengajukan tiga pertanyaan. Yakni terkait apakah KLB diselenggarakan sesuai dengan AD/ART, seberapa serius para kader Demokrat memintanya untuk menjadi pemimpin, serta kesanggupan para kader Demokrat untuk bekerja keras tanpa mementingkan kepentingan pribadi dan golongan.

        "Dan semua pertanyaan itu dijawab oleh peserta KLB dengan gemuruh. Maka baru saya membuat keputusan," jelas dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: