Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Laporan Citra Satelit: Rusia Uji Supertorpedo Poseidon 2M39, Si Pencipta Tsunami Radioaktif

        Laporan Citra Satelit: Rusia Uji Supertorpedo Poseidon 2M39, Si Pencipta Tsunami Radioaktif Kredit Foto: Hisutton
        Warta Ekonomi, Moskow -

        Militer Rusia dilaporkan sedang menguji coba senjata "supertorpedo". Senjata yang dikenal sebagai torpedo Poseidon 2M39 ini dapat menciptakan "tsunami radiokatif" jika dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.

        Laporan itu dilansir media Barat, CNN dan The Mirror, Senin (5/4/2021). Lokasi uji coba senjata itu berada di Kutub Utara.

        Baca Juga: Pamer Pelontar Api TOS-2 Tosochka, Kemampuan Senjata Rusia yang Ini Perlu Diwaspadai

        Laporan tersebut, yang mengutip citra satelit, menyatakan bahwa Rusia sedang memperkuat cengkeramannya di Kutub Utara dengan membangun pangkalan militer baru.

        Presiden Rusia Vladimir Putin, menurut The Mirror, memantau langsung tahapan kemajuan senjata tersebut dengan cermat, dengan lebih banyak tes telah dijadwalkan.

        Lebih lanjut laporan itu mengatakan torpedo Poseidon 2M39 didukung oleh reaktor nuklir dan menavigasi dasar laut untuk menyelinap melewati pertahanan pantai musuh.

        Senjata baru ini telah mengkhawatirkan para pejabat di Amerika Serikat (AS), di mana hulu ledaknya dilaporkan dapat menyebabkan kerusakan yang bisa berlangsung selama beberapa dekade.

        Christopher A Ford, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Keamanan Internasional dan Non-Proliferasi, sebelumnya mengatakan Poseidon 2M39 dirancang untuk membanjiri kota-kota pesisir AS dengan "tsunami radioaktif".

        Citra satelit yang diberikan kepada CNN oleh perusahaan teknologi luar angkasa Maxar menunjukkan bahwa fasilitas baru di Kutub Utara memiliki fasilitas penyimpanan bawah tanah.

        Diperkirakan bahwa fasilitas itu kemungkinan besar untuk torpedo Poseidon 2M39, di mana jet militer dan pembom juga tergambar.

        "Jelas ada tantangan militer dari Rusia di Kutub Utara," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS kepada CNN tanpa disebutkan namanya.

        "Itu berimplikasi pada Amerika Serikat dan sekutunya, paling tidak karena itu menciptakan kapasitas untuk memproyeksikan kekuatan ke Atlantik Utara."

        Laporan tentang uji coba senjata "supertorpedo" muncul hanya beberapa hari setelah terungkap bahwa Rusia meluncurkan kapal selam sabotase bawah air baru yang mematikan yang mampu menyelam hampir dua mil dan menghancurkan kabel komunikasi.

        Transaksi keuangan utama dunia senilai hingga £8 triliun dan data lain lewat setiap hari melalui “jalur komunikasi” dasar laut, yang semuanya rentan terhadap serangan.

        Mata-mata intelijen Angkatan Laut Moskow telah dicurigai mencoba mengganggu kabel Barat selama berbulan-bulan dalam upaya "perang kotor" untuk mengganggu ekonomi Amerika dan sekutunya.

        Sumber yang dikutip CNN mengeklaim kapal selam kelas Kashalot Rusia akan diluncurkan oleh kapal yang lebih besar bernama Belgorod untuk uji coba laut bulan depan.

        Kashalot adalah salah satu proyek maritim paling rahasia di Moskow.

        Tetapi dokumen yang ditemukan di situs web maritim Rusia menyatakan bahwa mereka kapal selam itu sedang dirancang ulang yang diduga untuk misi sabotase laut dalam secara khusus.

        Kapal Belgorod sudah dialokasikan untuk membawa torpedo Poseidon 2M39.

        Sebuah dokumen pemerintah Inggris tentang masa depan pertahanan yang dirilis baru-baru ini mengungkapkan: "Rusia sedang mengembangkan kemampuan bawah air yang signifikan yang dapat mengancam kabel bawah laut serta torpedo yang mampu mengirimkan muatan nuklir ke sasaran pesisir."

        Pemerintah maupun militer Moskow belum mengomentari laporan media-media Barat tentang uji coba senjata "supertorpedo" yang digambarkan sangat berbahaya itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: