Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Utang BUMN Karya Membubung, Ekonom: Bisa Terancam Bangkrut!

        Utang BUMN Karya Membubung, Ekonom: Bisa Terancam Bangkrut! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Utang sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang karya melonjak dibanding tahun sebelumnya. Ekonom Senior Fadhil Hasan melihat, pemerintah harus cepat atasi utang BUMN Karya yang menggunung karena proyek pemulihan ekonomi atasi Covid-19 melalui infrastruktur bisa gagal total.

        "Terlalu banyaknya penugasan BUMN Karya ditambah inefisiensi organisasi menyebabkan kesulitan keuangan serius yang jika dibiarkan akan membuat bangkrut," ujar Fadhil yang juga pendiri Narasi Institute kepada media pada Jumat (9/4/2021).

        Baca Juga: BUMN Karya Merugi, Dahlan Iskan Sebut 'Haus hingga ke Kerongkongan'

        Fadhil menegaskan bahwa saat ini pengelolaan BUMN karya dikelola dipenuhi agent-principle problem yang merusak keuangan BUMN tersebut. "Pengelolaan BUMN belum banyak berubah, masih terdapat principle-agent problem dan penunjukan direksi masih diwarnai oleh faktor non-competency," ujarnya.

        Fadhil menilai, BUMN karya lebih banyak melayani kepentingan politik pemerintah dan bukan sustainabilitas perusahaan dalam jangka panjang. "Bagi Narasi Insistitute, langkah ini akan menjadi berbahaya untuk pemerintah juga karena begitu BUMN karya mengalami kesulitan keuangan, akhirnya pemerintah juga akan menanggung beban keuangan tersebut," jelasnya.

        Fadhil menilai, sebenarnya pemerintah memiliki beberapa opsi solusi terhadap BUMN Karya yang menggunung utangnya. Opsi satu BUMN tersebut dibiarkan dilikuidasi; opsi kedua, penambahan saham pemerintah lewat anggaran negara; atau opsi ketiga, akuisisi melalui Lembaga Pengelola Investasi (LPI).

        Opsi keempat adalah lakukan restrukturisasi melalui penjualan proyek-proyek yang laku dijual yang kemudian dana tersebut dapat digunakan untuk membayar kewajiban lancarnya BUMN. Opsi kelima, dengan melakukan privatisasi BUMN tersebut meski opsi terakhir tersebut tidak populer dan sulit mencari sektor swasta di tengah ekonomi sulit saat ini.

        "Kami melihat ini akan menimbulkan persoalan kredibilitias BUMN secara keseluruhan bila tidak segera dicarikan solusinya," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: