Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Lewati 21 Hari, Lembaga Ini Beberkan Reaksi Vaksin Sinovac Lawan Covid-19 Brasil

        Lewati 21 Hari, Lembaga Ini Beberkan Reaksi Vaksin Sinovac Lawan Covid-19 Brasil Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Brasilia -

        Sinovac, vaksin Covid produksi China memiliki tingkat kemanjuran atau efikasi 50,7 persen.

        Berdasarkan data terakhir, Sinovac terbukti ampuh melawan varian P1 dan P2 yang pertama kali ditemukan di Brazil. Tingkat efikasi atau kemanjuran ini bisa menanjak hingga 62,3 persen dengan interval lebih dari 21 hari.

        Baca Juga: Bikin Kejutan Lagi, Pejabat China Terang-terangan Beberkan Tingkat Efektivitas Sinovac

        Temuan ini muncul dalam laporan yang dirilis Butantan Institute, lembaga riset terkemuka di Sao Paulo, Brazil yang menguji dan memproduksi Coronavac, vaksin Covid jenis inactivated vaccine (vaksin berisi virus yang dilemahkan).

        Laporan ini menyajikan data spesifik dan komprehensif dari hasil uji coba tahap akhir di Brazil.

        Ini adalah laporan statistik paling rinci tentang vaksin Covid-19 China. Sinovac yang memiliki tingkat efikasi primer 50,7 persen, terbukti 83,7 persen efektif dalam mencegah kasus-kasus yang membutuhkan bantuan.

        Efektivitas ini meningkat dibanding data yang dirilis pada Januari 2021, yang hanya mencatat angka 78 persen.

        Statistik ini juga mengungkap, Sinovac 100 persen efektif melawan kasus sedang dan parah dalam uji klinis fase III acak, tersamar ganda, dan plasebo yang melibatkan 12.396 peserta.

        "Tingkat kemanjuran yang diungkapkan dalam laporan ini sedikit lebih tinggi, dibanding yang dilaporkan pada awal Januari lalu. Hal ini terjadi karena ada perbedaan pelacakan perubahan data klinis dan kriteria, untuk menentukan kasus infeksi," kata Juru Bicara Sinovac, Liu Peicheng kepada Global Times, Senin (12/42021).

        Para peneliti mengungkap, interval antar suntikan yang lebih panjang, dapat mendongkrak tingkat efikasi. Ini sejalan dengan hasil penelitian para ahli medis China, yang merekomendasikan penambahan interval untuk memaksimalkan level kekebalan antibodi.

        "Enam kasus Covid-19 parah terjadi pada kelompok plasebo. Ada 67 efek samping serius, yang dilaporkan oleh 64 peserta. Semuanya tidak terkait dengan vaksinasi, termasuk 2 kasus fatal," terang Liu.

        Hasil akhir statistik ini identik dengan data yang mendapat persetujuan bersyarat dari regulator obat China pada bulan Februari 2021.

        "Ini adalah studi fase III vaksin Covid buatan China yang paling rinci. Secara umum, hasilnya menunjukkan CoronaVac memiliki aspek keselamatan yang baik, berkhasiat dan mampu memberikan perlindungan terhadap kasus infeksi bergejala," jelas Zhuang Shilihe, seorang dokter di Guangzhou yang intens memantau vaksin Covid.

        "Efektivitasnya dapat dioptimalkan dengan memperpanjang interval antar dosis," lanjutnya.

        Namun, Zhuang tak menyangkal, vaksin mRNA memiliki tingkat efikasi yang lebih tinggi dibanding vaksin berisi virus yang dilemahkan.

        "Jauh lebih tinggi ketimbang vaksin yang beredar di pasaran, yang sejauh ini mampu meningkatkan ekspektasi," kata Zhuang.

        "Namun, itu tak berarti bahwa vaksin berisi virus yang dilemahkan, tidak memenuhi syarat. Vaksin flu, misalnya. Vaksin ini memiliki tingkat efektivitas aktual 40-50 persen di banyak negara. Tapi jenis vaksin ini masih diakui secara resmi, dan diterima secara luas untuk digunakan," jelas Zhuang.

        Sinovac juga telah menyerahkan data rinci ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan regulator obat di negara atau wilayah yang menggunakan CoronaVac, serta otoritas terkait yang akan mempelajari, sebelum membuat keputusan persetujuan.

        CoronaVac telah mendapat izin penggunaan darurat di berbagai negara, seperti Pakistan dan Panama.

        Belum lama ini, muncul pemberitaan yang menyalahkan tingkat kemanjuran CoronaVac untuk infeksi yang tinggi di Chili. Mengutip sebuah penelitian di Universitas Chili, yang mengklaim tingkat efektivitas CoronaVac etelah suntikan pertama hanya 3 persen.

        Namun,  Global Times mendapat informasi dari sumber terpercaya, bahwa laporan tersebut tidak komprehensif dan berwibawa. Hanya berdasar pada data terbuka, yang sifatnya sangat terbatas.

        "Data itu hanya 'latihan' yang dilakukan oleh tim peneliti universitas, berdasarkan data publik. Sangat terbatas, bahkan tidak mendekati sebuah makalah,” kata sumber tersebut.

        Data resmi yang menyeluruh dari peluncuran vaksin CoronaVac, akan dirilis minggu depan oleh Kementerian Kesehatan Chili. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: