Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sekali Panen Ikan Raup Cuan Belasan Juta, Mau Coba Jadi Petani Milenial?

        Sekali Panen Ikan Raup Cuan Belasan Juta, Mau Coba Jadi Petani Milenial? Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Budidaya ikan masih terbilang primadona di saat pandemi Covid-19. Bahkan, dalam sekali panen para petani ikan Nila bisa meraih omset hingga Rp17,69 juta.

        Melihat kondisi tersebut, Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Provinsi Jawa Barat menyiapkan Pembudidaya Ikan Milenial (PIM). Setiap petani milenial yang dibina diarahkan untuk membudidayakan ikan lele, nila, dan udang.

        Diskanla Jawa Barat telah menyeleksi 82 PIM yang sesuai dengan persyaratan yakni berusia 19-39, lulusan SMK perikanan atau mengenal inovasi teknologi bidang perikanan, serta memiliki pengalaman sebagai pembudidaya ikan atau generasi keturunan pembudidaya ikan.  Baca Juga: Menteri KKP Trenggono Lepas Ekspor Produk Perikanan ke-40 Negara Senilai Rp1 Triliun

        Hanya 44 PIM yang sudah memiliki lahan sendiri, sedangkan 38 lainnya tidak memiliki lahan (petani intensif) sehingga akan ditempatkan di sejumlah aset Diskanla Jawa Barat.

        "Komoditas yang akan dibudidayakan yaitu ikan lele, nila, dan udang,"kata Kepala Diskanla Hermansyah kepada wartawan di Bandung, Rabu (14/4/2021).

        Dari jumlah tersebut, terdapat, Hermansyah memastikan pihaknya sudah menentukan komoditas yang akan dibudidayakan yakni Hermansyah menjelaskan bagi yang memiliki lahan sendiri, akan memeroleh suntikan dana Rp50 juta/orang yang bersumber dari KUR bank bjb. Bagi pembudidaya ikan lele, modal kerja tersebut akan digunakan untuk pembuatan tiga kolam bioflok berdiameter 4 meter serta pengadaan 20 ribu benih, sedangkan bagi pembudidaya nila akan digunakan untuk membuat lima kolam bioflok berdiamater 4 meter serta 10 ribu benih.

        Sementara untuk kelompok petani intensif, pihaknya telah menyiapkan lahan di empat lokasi seperti di Cijengkol, Kabupaten Subang (budidaya lele), dan Ciherang, Kabupaten Cianjur (nila). 

        "Mereka akan diberikan masing-masing empat sampai enam bioflok," ujarnya.

        Dia menilai metode kolam bioflok dipilih karena bisa meminimalisasi pakan yang harus disediakan. Jika berhasil, masing-masing PIM diproyeksikan mendapat penghasilan Rp5,62 juta/bulan untuk budidaya lele. Menurutnya, budidaya lele akan panen setiap dua bulan sekali.

        "Dalam setiap panen, dari jumlah benih itu setiap petani akan memeroleh laba Rp11,258 juta," katanya

        Sedangkan untuk budidaya udang, Diskanla Jabar menyiapkan lahan di Cibalong, Kabupaten Garut bagi enam PIM. Di atas lahan milik Diskanla Jawa Barat itu, kelompok tani tersebut akan memanfaatkan tambak seluas 1.300 m2 yang akan diisi 270 ribu benih udang.

        Jika berhasil, masing-masing pembudidaya udang milenial ini diproyeksikan meraup untung Rp7,1 juta/bulan. 

        Agar target itu tercapai, Diskanla Jawa Barat mendampingi PIM sejak awal, mulai dari pembekalan terkait analisa kelayakan dan penyusunan rencana kerja, pengenalan teknologi, hingga teknik pengemasan dan pemasaran. Selain itu, pihaknya juga melakukan pengawasan dan evaluasi langsung ke setiap PIM.

        Hermansyah menambahkan saat ini masing-masing PIM sudah memulai aktivitasnya. Bahkan budidaya ikan lele, diprediksi sudah bisa dipanen pada Juni, sedangkan untuk Nila dan Udang pada Agustus mendatang. 

        "PIM intensif (di lahan Diskanla) angkatan I ini akan berakhir dalam waktu setahun. Selanjutnya akan direkrut PIM intensif angkatan II, III, dan seterusnya," katanya.

        Hermansyah berharap setiap angkatan PIM bisa berkembang dan mandiri usai menjalani program tersebut. "Kalau berhasil, mereka pasti memiliki keinginan untuk mengembangkan usaha mereka di tempat lain,"pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: