Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gelar Kongres ke-IV, GMNI Tetap Rawat Gagasan Trisakti Bung Karno

        Gelar Kongres ke-IV, GMNI Tetap Rawat Gagasan Trisakti Bung Karno Kredit Foto: Youtube.com
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) mengaku sangat prihatin dengan nilai-nilai kebudayaan dan kepribadian bangsa yang kian memudar dan cenderung mulai mengkhawatirkan.

        Untuk mengetahui penyebab dan mencarikan solusi atas memudarnya nilai-nilai kebudayaan dan kepribadian bangsa tersebut, PA GMNI pun menggelar webinar bertema ‘Tantangan dan Strategi Kebudayaan dalam Memperkokoh Kepribadian Bangsa’ Kamis (22/04/2021).

        Webinar ihwal kebudayaan itu merupakan seri kedua sekaligus rangkaian kegiatan Pra Kongres IV PA GMNI yang akan berlangsung di Bandung, Jawa Barat, pada 19-21 Juni 2021. Kongres mengangkat tema “Nasionalisme Menjawab Tantangan Zaman”.

        "Topik diskusi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan atas kondisi kehidupan bangsa saat ini. Yakni memudarnya kepribadian bangsa yang secara perlahan telah menggerus kebudayaan nasional," kata Ketua Panitia Nasional Kongres IV PA GMNI Karyono Wibowo, Kamis (22/04/2021).

        Sementara itu, Koordinator Pokja Sosial Budaya dalam kepanitiaan Kongres IV PA GMNI, Bambang Barata Aji mengatakan, lunturnya budaya Nusantara ini menimbulkan hambatan dalam upaya menegakkan nasionalisme dalam menjawab tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara. 

        "Karenanya, tantangan yang bersifat eksternal maupun internal itu menjadi penting untuk disikapi. Antisipasi terhadap tantangan di bidang budaya ini mesti dilakukan karena bila terlambat risikonya adalah kehancuran,” kata Aji.

        Aji menyebutkan, dalam perspektif Bapak Proklamator sekaligus Presiden Pertama, Ir Soekarno, tantangan dianalogikan sebagai gemblengan atau tempaan. Dikatakan, Bangsa Indonesia dalam perspektif Bung Karno adalah bangsa gemblengan, bangsa gemblengan adalah bangsa bermental banteng yang harus siap hancur lebur bangkit kembali dalam menghadapi tantangan yang ada. 

        “Tantangan nasionalisme Indonesia dalam bidang kebudayaan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu terkait dengan perjuangan mewujudkan tujuan bernegara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945,” ujar dia.

        Masih kata Bambang akar budaya yang menjadi identitas bangsa yang telah tumbuh ribuan tahun perlu dirawat dan ditumbuhkembangkan di tengah gempuran budaya luar. 

        “Prinsip Tri Sakti Bung Karno (kepribadian dalam kebudayaan) perlu dikedepankan dalam kehidupan bernegara,” ujar Bambang Barata Aji. 

        Menurut dia, hal tersebut penting, sebab ukuran budaya adalah juga etika selain estetika. Lebih jauh, dia menjelaskan pandangan kebudayaan Indonesia mengandung unsur keterbukaan. Nasionalisme budaya Indonesia bukan nasionalisme sempit, tetapi nasionalisme yang berpikir terbuka dan berpandangan dunia namun kuat dalam kepribadian nasionalnya. 

        “Bung Karno pernah menyampaikan Kami nasionalis, kami cinta kepada bangsa kami dan kepada semua bangsa,” ungkap Aji.

        Dalam konteks ini menjadi penting memikirkan kembali nasionalisme kebudayaan nasional, juga bagaimana bentuk baru perjuangan kebudayaan nasional. Momen ini juga dapat memetakan tantangan kebudayaan Indonesia.

        Baik berupa tantangan: ideologis (efek dasar yang menghancurkan), strategis (efek menengah dan panjang yang mengganggu kepentingan nasional) dan tantangan taktis (kontemporer) yang sifatnya masih bisa dimanfaatkan namun tetap kritis seperti ekses perkembangan teknologi informasi, era disrupsi, budaya pop, dan sebagainya

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: