Ketua ASEAN Ikut Diskusi Kelompok G7, Ini Poin-poin Pembahasan Utamanya
Untuk pertama kalinya, ASEAN diundang mengikuti pertemuan negara-negara G7 yang terdiri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat (AS).
Undangan yang ditujukan untuk ASEAN dan India ini menunjukkan bagaimana Inggris berusaha memperdalam hubungan dengan kawasan Indo-Pasifik, dan memperlihatkan betapa pentingnya kawasan tersebut dalam mereformasi dan menjaga tatanan internasional. Agar masyarakat terbuka, dan ekonomi bisa berkembang.
Baca Juga: Delegasi G7 Panik Bukan Main! Ada Kabar Perwakilan India Positif Corona...
Para menteri dalam pertemuan tersebut membahas penanganan berbagai ancaman global baru, membela demokrasi, melindungi hak asasi manusia, aksi iklim yang berani, dan membangun kembali lebih baik dari pandemi.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab berupaya menetapkan target ambisius pada pembiayaan iklim dan pendidikan bagi anak perempuan, pendekatan terkoordinasi untuk memperkuat kesehatan global, serta langkah-langkah baru untuk mencegah kelaparan.
Selain itu, pertemuan juga membahas hubungan dengan Rusia, China, dan Iran, serta krisis di Myanmar, kekerasan di Ethiopia, dan perang yang sedang berlangsung di Suriah semuanya akan dibahas.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan, kepresidenan Inggris di G7 merupakan kesempatan untuk menyatukan masyarakat yang terbuka dan demokratis. Serta menunjukkan persatuan pada saat yang sangat dibutuhkan, untuk mengatasi tantangan bersama dan meningkatnya ancaman.
“Kami akan mengambil tindakan untuk memastikan akses yang adil terhadap vaksin di seluruh dunia, menetapkan target pendidikan bagi anak perempuan di tingkat global, menyetujui tindakan ambisius terhadap perubahan iklim, dan mengembangkan tindakan baru untuk mencegah kelaparan," kata Raab.
"Kehadiran teman-teman kita dari Australia, India, Republik Korea dan Afrika Selatan, serta Ketua ASEAN mencerminkan semakin pentingnya kawasan Indo Pasifik bagi G7," imbuhnya.
Terkait hal ini, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, G7 sebagai koalisi negara demokrasi paling berpengaruh di dunia, memiliki tanggung jawab kepada seluruh dunia pada saat krisis ini.
Ia mengaku gembira, karena ASEAN telah diundang untuk pertama kalinya dalam pertemuan G7. Sebab, hal tersebut mencerminkan kenyataan bahwa negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, sangat penting bagi masa depan planet kita, ekonomi global kita, serta perdamaian dan stabilitas global.
“Keterlibatan ASEAN dalam pertemuan ini mencerminkan langkah perubahan Inggris dalam keterlibatannya dengan Indo Pasifik," ungkap Owen.
Terpilihnya Inggris sebagai tuan rumah G7 tahun ini, dinilainya sebagai sebuah kesempatan untuk membuat kemajuan besar dalam masalah global.
“Inggris memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada G7 dan dunia. Mulai dari keahlian di bidang ilmiah dan genomik terkemuka di dunia, pengembangan vaksin Covid-19 yang menyelamatkan jiwa, dan kepemimpinan dalam menetapkan target paling ambisius untuk mengatasi emisi iklim dari ekonomi besar mana pun," jelas Owen.
Diskusi tersebut juga membahas kudeta di Myanmar, dan peran utama ASEAN dalam menangani krisis.
Para peserta berkesempatan menyaksikan video dari National Unity Government dan mendapatkan informasi terbaru tentang situasi di lapangan.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mendesak negara-negara G7, untuk mengambil tindakan yang lebih serius terhadap junta militer.
Termasuk, memperluas sanksi yang ditargetkan terhadap individu dan organisasi yang terkait dengan junta, dukungan untuk embargo senjata, dan peningkatan bantuan kemanusiaan untuk kelompok masyarakat yang paling rentan di Myanmar.
Para menteri juga berbicara tentang situasi di Libya, perang yang masih berlangsung di Suriah, situasi di Ethiopia, serta Somalia, Sahel, dan Balkan Barat.
Mereka juga membahas aktivitas Rusia yang sedang berlangsung. Termasuk melalui penambahan pasukan di perbatasan dengan Ukraina, serta pemenjaraan tokoh oposisi Alexei Navalny dan situasi di Belarusia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto