PT Pupuk Indonesia (Persero) masih akan mengkaji lebih dalam terkait pemilihan lokasi pembangunan pabrik pupuk dan methanol di Papua Barat. Direktur Utama Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman mengatakan bahwa saat ini lokasi di Papua Barat yang dipertimbangkan yakni Bintuni dan Fakfak, dengan mengacu pada nilai keekonomian.
"Kami juga sudah bicara dan didukung Pak Bahlil, Menteri Investasi, karena beliau adalah putra daerah, jadi beliau akan mencarikan juga lokasi alternatif yang lebih murah dan ekonomis. Masalah lokasi ini kami akan kaji lebih dalam. Lokasi belum firm," kata Bakir Pasaman dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (24/6/2021).
Bakir menerangkan, pihaknya merencanakan kapasitas amonia 2500 Metric Ton Per Day (MTPD), Urea 3500 MTPD dan Methanol mencapai 3000 MTPD. Proyek Bintuni akan berada dan dilaksanakan oleh PT Pupuk Kaltim. Khusus untuk proyek methanol, rencananya akan dilakukan secara Join Venture dengan partner strategis, dimana Pupuk Kaltim akan bertindak sebagai mayoritas.
Baca Juga: KSP dan Kemenperin Dukung Revitalisasi Industri di Pupuk Kaltim
"Kebutuhan pendanaan untuk proyek Bintuni direncanakan dipenuhi dari rencana IPO PKT, rencana dilakukan di kuartal kedua 2022," terang dia.
Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Gas, Pupuk Indonesia Gandeng Genting Oil Kasuri
Untuk suplai gas, sambung Bakir, pihaknya sudah mengajukan alokasi gas pada Januari 2021 kepada Kementerian ESDM. Untuk amonia urea sebesar 102 BBTUD, sementara methanol 99 BBTUD. Penandatanganan MoU gas dengan Genting Oil sendiri sudah dilakukan pada 17 Juni 2021 dengan target PJBG pada Desember 2021.
"Alhamdulilah sudah dimediasi dengan baik oleh Kementerian ESDM dan SKK Migas, kami sudah negosiasi dan hasilnya cukup bagus. Harga gas yang disepakati antara PI dan Genting Oil untuk Amonia Urea dan methanol di angka US$ 3,6 + Formula. Cukup kompetitif," terangnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: