Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengenal Sosok Kontroversial Presiden Haiti yang Punya Akhir Hidup Tragis

        Mengenal Sosok Kontroversial Presiden Haiti yang Punya Akhir Hidup Tragis Kredit Foto: EPA Photo
        Warta Ekonomi, Port-au-Prince -

        Pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise yang terjadi pada 7 Juli lalu masih menjadi misteri. Kendati para pelaku telah tertangkap, motif dan dalang di balik aksi tersebut belum terungkap.

        Seperti dikutip laman The Guardian, Moise resmi menjabat sebagai presiden pada 2017. Kala itu Haiti, yang notabene merupakan negara termiskin di Amerika, masih berusaha pulih dari gempa dahsyat 2010 dan badai Matthew.

        Baca Juga: Kesempatan Emas, Amerika Kirim Utusannya ke Haiti untuk Pantau Hal Ini

        Namun di bawah kepresidenannya, kehidupan warga Haiti semakin memburuk. Pengangguran meluas dan inflasi melonjak. Bahan makanan serta bahan bakar pun langka.

        Di tengah keterpurukan, muncul laporan tentang penggelapan dana miliaran dolar oleh para pejabat pemerintah dari proyek pembelian bahan bakar murah Venezuela. Kesepakatan itu dikenal dengan Petrocaribe. Laporan lebih lanjut mengaitkan dua perusahaan milik Moise dengan penyalahgunaan dua miliar dolar AS dari dana tersebut.

        Moise membantah melakukan kesalahan. Dalam sebuah langkah yang dilihat oleh para pengkritiknya sebagai pembalasan, ia menangguhkan dua pertiga senat yang menuduhnya, serta semua 119 anggota majelis deputi pada tahun 2020, dengan. Moise berdalih mandat mereka telah berakhir setelah ia gagal menyelenggarakan pemilihan legislatif pada 2019.

        Ketika warga Haiti turun ke jalan untuk melakukan protes, Moise mengambil tindakan yang ekstrem. Ia menugaskan geng-geng bersenjata untuk meneror para pengkritiknya. Serangkaian serangan dan pembunuhan terjadi, termasuk pembantaian La Saline. Peristiwa berdarah itu mendorong pemerintahan mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap tiga antek Moise.

        Warga miskin yang melancarkan protes melihat Moise sebagai bonek korup dan tak berdaya dari komunitas kecil elite yang telah lama mendominasi ekonomi serta pemerintahan Haiti. Moise sendiri memiliki latar sebagai seorang pebisnis.

        Dia memiliki berbagai bidang usaha, mulai dari pabrik air, panel surya, dan perkebunan pisang seluas 10 hektare di Nord-Quest. Hal itu membuatnya mendapatkan reputasi di lingkungan agrobisnis dan politik Haiti. Moise pun memiliki koneksi dengan presiden Haiti sebelumnya, Michel Martelli.

        Koneksi tersebut yang membuat Martelly memilih Moise pada 2015 sebagai penggantinya dan kandidat untuk Partai Haitian Tèt Kale. Namun pemilu tahun itu dibatalkan karena penipuan dan kekerasan yang mencegah hampir 80 persen warga Haiti untuk memilih. Tahun berikutnya, Moise memenangkan pemilu yang tertunda dengan hanya memperoleh 600 ribu suara.

        Kehidupan Awal Jovenel Moise

        Moise lahir di Trou-du-Nord pada 26 Juni 1968. Ia adalah putra dari Lucia Bruno dan Tienne Moise. Lucia merupakan seorang penjahit dan pedagang. Sementara Tienne adalah seorang mekanik dan petani. Saat itu Haiti sudah 11 tahun memasuki kediktatoran brutal Francois Duvalier atau kerap disapa Papa Doc yang didukung AS.

        Untuk mencari kehidupan yang lebih baik, keluarga Moise pindah ke ibu kota Port-au-Prince pada 1974. Kepindahannya terjadi tiga tahun setelah putra Papa Doc yang masih berusia 19 tahun, Jean-Claude Duvalier atau dikenal Baby Doc, menggantikan ayahnya sebagai presiden.

        Moise memasuki Universitas Quiquesya untuk belajar ilmu politik pada 1986. Kala itu pemberontakan rakyat baru saja menggulingkan Baby Doc. Hal itu memungkinkan orang-orang buangan, termasuk Rene Preval, kembali ke Haiti. Preval adalah satu-satunya presiden Haiti yang terpilih secara demokratis. Ia memerintah selama dua periode, yakni 1996-2001 dan 2006-2011.

        Preval menyerahkan kekuasaan secara damai kepada Martelly pada 2011. Banyak warga Haiti berharap, langkah seperti itu juga bakal dilakukan Moise saat menjabat sebagai presiden. Namun hal itu tak terjadi. Kelompok oposisi mengklaim bahwa masa jabatan Moise seharusnya berakhir pada 7 Februari 2021.

        Pendukungnya menolak argumen itu. Meskipun Moise memenangkan pemilu ulang pada 2016, Moise mengambil alih kekusaan pada 2017. Dengan demikian, masa jabatannya seharusnya berakhir pada 7 Februari 2022.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: