Kredit Foto: English First
Ketua Pembina Yayasan Peduli Sindrom Down Indonesia (YAPESDI) Dewi Tjakrawinata memberikan informasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh orang tua yang memiliki anak dengan disabilitas.
"Kondisi mental anak dengan disabilitas itu sangat tergantung dengan kondisi mental dan penerimaan orang tua terhadap anaknya yang terlahir disabilitas," kata Dewi dalam seminar nasional yang disiarkan di kanal Youtube BNPB, Jumat (23/7/2021).
Baca Juga: Anak dengan Disabilitas Intelektual Jadi Kelompok yang Paling Banyak Alami Kekerasan Seksual
Menurut Dewi, hal yang paling utama perlu dilakukan oleh orang tua dengan anak disabilitas adalah menerima kondisi anaknya namun tidak bersikap pasrah.
"Setiap anak itu unik. Setiap anak itu punya potensi sendiri-sendiri. Kita juga harus mencintai setulus hati tapi harus memberdayakan. Jadi, jangan dikasihani si anak tapi harus diberdayakan," jelas Dewi.
Dewi menjelaskan orang tua harus memberikan ruang bagi anak untuk mengeksplorasi kemampuan, hobi, dan menemukan passion mereka. "Tapi tanpa melupakan bahwa kemampuan kognitif dasar tetap harus diasah sebagai modal hidup," imbuhnya.
Orang tua juga harus menjaga kesehatan anak baik secara habilitasi maupun rehabilitasi, yaitu dengan memahami jiwa anak, tidak menghakimi, namun di saat yang sama juga tetap bersikap asertif.
"Harus tegas. Ketika tidak boleh ya tidak boleh, ketika belajar ya harus belajar. Jangan karena dia disabilitas terus kita jadi lemah. Itu big no, tidak boleh sama sekali," tegas Dewi.
Selain itu, hal yang juga perlu diingat oleh orang tua dengan disabilitas adalah membuat target jangka pendek untuk sang anak. Dewi tidak menyarankan orang tua memiliki target jangka panjang selayaknya yang dilakukan kebanyakan orang tua terhadap anak non-disabilitas.
"Untuk orang tua dengan anak disabilitas itu sebaiknya target dibuat jangka pendek dulu, supaya tidak membuat kita frustasi dan si anak juga tidak frustasi," ucap Dewi.
Pasalnya, menurut Dewi, anak dengan disabilitas terutama disabilitas intelektual berpotensi 2-3 kali lebih besar mengalami depresi.
Dewi mengingatkan para orang tua dan seluruh lapisan masyarakat untuk memperlakukan anak dengan disabilitas sama seperti anak non-disabilitas.
"Jangan dikasihani tapi beri mereka kesempatan, dengarkan mereka, inklusikan, dan hormati mereka. Puji ketika berbuat baik atau berhasil, motivasi ketika mereka gagal, jangan lupa pahami kondisi mental. Jadi berkomunikasilah dengan anak lalu ajar anak bagaimana mengelola emosi," terang Dewi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: