Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Momentum Pertumbuhan Kredit Perbankan Tinggal Tunggu Waktu

        Momentum Pertumbuhan Kredit Perbankan Tinggal Tunggu Waktu Kredit Foto: Fajar Sulaiman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Di tengah tantangan pandemi Covid-19, fungsi intermediasi perbankan mulai mengalami pertumbuhan positif. Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan penyaluran kredit perbankan tumbuh positif 0,59% (yoy) di Juni 2021, jauh lebih baik dibandingkan Mei 2021 yang minus 1,28%.

        Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan, perbaikan ini didorong oleh mulai membaiknya permintaan kredit seiring dengan berlanjutnya pemulihan kinerja dan aktivitas korporasi, rumah tangga dan UMKM.

        "Di perbankan ada satu perbaikan, kalau kita lihat data Juni 2021 overall kredit sudah mulai tunjukan positif baik secara mtm maupun yoy. Pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit UMKM dan kredit konsumsi," ujar Destry dalam sambutannya pada acara Strategi Perbankan di Momentum Kebangkitan Kredit dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional yang digelar Warta Ekonomi secara virtual, di Jakarta, Kamis (29/7/2021).

        Menurutnya kredit segmen UMKM memang lebih cepat alami recovery bila dibandingkan segmen korporasi. Oleh sebab itu untuk menggenjot kredit dan mendukung pemulihan ekonomi, pihaknya bersama OJK dan LPS terus melakukan sinergi kebijakan. Baca Juga: OJK: Sektor Keuangan Stabil di Semester I 2021, Kredit Perbankan Mulai Bergairah

        "Kita akan optimalkan bauran kebijakan kita untuk pemulihan eko jadi tidak hanya fokus pada moneter. Sepanjang 2021 bauran kebijakan kami semuanya sifatnya lebih akomodatif karena kita ingin mndorong pemulihan ekonomi nasional," ungkap Destry.

        Lebih lanjut, kata Destry, bila dilihat secara kategori bank, pertumbuhan kredit ditopang oleh BPD dan bank BUMN yang masing-masing mengalami pertumbuhan 6,73% dan 5,37%. Meski demikian, bank asing dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) masih mengalami tantangan dalam menyalurkan kreditnya karena masih tumbuh negatif masing-masing -25,01% dan -2,90%.

        "Untuk dua kelompok bank, bank BUMN sudah positif dan BPD juga. memang ada tantangan dari bank asing dan bank swasta nasional yang masih terus kita dorong," tukasnya.

        Melihat kondisi itu, menurut Destry, pertumbuhan kredit perbankan tinggal menunggu waktu atau timing yang tepat saja. Pasalnya tingkat premi risiko perbankan juga telah mengalami penurunan dari 1,69% di April 2021 menjadi 1,60% di Mei 2021. Baca Juga: Akhirnya, Penyaluran Kredit Perbankan Tumbuh Positif di Juni

        Premi risiko perbankan mengindikasikan persepsi risiko perbankan terhadap dunia usaha yang cenderung membaik. Penurunan premi risiko tersebut juga mendorong penurunan suku bunga kredit baru di hampir semua kelompok bank, kecuali kelompok BUSN. Di pasar kredit, penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan terus berlanjut, yaitu menurun sebesar 169 bps sejak Mei 2020 menjadi 8,86% pada Mei 2021.

        Selain itu, lanjutnya, likuiditas perbankan juga sangat longgar sehingga siap menyalurkan kredit. Kondisi likuiditas yang longgar tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 32,95% dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 11,28% (yoy).

        "Likuiditas ample dengan cukup tingginya penempatan dana di BI. Likuidity ada cuma timingnya saja. Premi risiko perbankan juga sudah turun. Jadi timingnya sudah mulai kelihatan bank akan menyalurkan kredit," jelasnya.

        Meski demikian, Destry mengakui ada satu tantangan yang harus dihadapi yakni cukup besarnya gap demand side dan supply side kredit korporasi secara sektoral. Oleh karena itu, BI bersama OJK dan LPS di Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus bersinergi mengupayakan menghidupkan kembali sisi demand dan supply-nya.

        "Ada satu tantangan, memang ada gap dengan sisi demand dan supply. bukan hanya kami tapi di KSSK berusaha mnghidupkan kembali demand side dan supply side. Kebijakan yang diambil perlu disesuaikan dengan hambatan dalam meningkatkan intermediasi di masing-masing subsektor," tukasnya.

        Dari catatan BI, yang siap menerima pembiayaan korporasi berasal dari sektor mamintem, perkebunan, dan kimia, elektronik dan komunikasi, tanaman pangan, dan perdagangan eceran. Sementara sektor lainya seperti industri logam dasar, peternakan, perikanan, jasa pertanian  dan lain sebagainya belum siap mengajukan pembiayaan baru.

        Adapun dalam webinar kali ini, hadir sebagai pembicara seminar adalah Senior EVP Corporate Banking Bank Mandiri Arief Ariyana, Direktur Utama BPR Universal Reyhan Satyahadi, Direktur Utama BPD Jawa Timur Busrul Iman, dan Presiden Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: