Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI menerima sebanyak 1.208 usulan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Subbidang Perpustakaan Daerah untuk Tahun Anggaran 2022. Ribuan usulan tersebut berasal dari 449 daerah dengan rincian 31 provinsi dan 418 kabupaten/kota.
Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando, menyatakan bahwa penerima DAK Fisik Subbidang Perpustakaan Daerah diminta agar berkomitmen dan menjaga semangat dalam melaksanakan pengembangan perpustakaan sesuai dengan usulan yang diajukan.
Baca Juga: Perpusnas: Perpustakaan Berkualitas adalah yang Bermanfaat untuk Warga
Dia mencontohkan, Kabupaten Bombana yang membangun gedung fasilitas layanan perpustakaan menggunakan DAK yang bersumber dari APBN pada 2020. Komitmen Bupati Bombana serta hubungan dengan DPRD yang terjalin baik, membuat pengembangan perpustakaan bisa berjalan sesuai yang ditetapkan, meski ada refocusing anggaran DAK Fisik Subbidang Perpustakaan Daerah Tahun 2020.
"Ini yang kami apresiasi, bagaimana perhatian dan kebijakan pemerintah daerah untuk bisa memiliki semangat yang jauh lebih untuk melaksanakan ketika disetujui anggarannya. Jangan semangatnya ketika mengajukan permintaan ke Perpusnas yang disetujui oleh Kemenkeu dan Bappenas," ujarnya dalam Sinkronisasi Usulan DAK Fisik Bidang Pendidikan Subbidang Perpustakaan Tahun Anggaran 2022 yang diselenggarakan virtual pada Selasa (10/8/2021).
DAK Fisik Subbidang Perpustakaan Daerah merupakan dana yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan bidang pengembangan perpustakaan yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan Prioritas Nasional.
DAK dinilai menarik bagi dinas perpustakaan provinsi dan kabupaten/kota, terbukti dari banyaknya proposal yang masuk untuk tahun anggaran 2022. Pada tahun 2022, pagu DAK Fisik Subbidang Perpustakaan Daerah senilai Rp549.998.235.000. Penerima DAK Fisik Subbidang Perpustakaan Daerah Tahun Anggaran 2022 sendiri belum ditetapkan pada hari ini.
"Sehingga perlu dipahami betul bahwa anggaran yang sangat terbatas ini, tujuan mulianya adalah bagaimana mengangkat harkat dan martabat bangsa kita di dalam percaturan global," jelasnya.
Ditegaskannya, literasi merupakan bagian penting dalam percaturan global. Literasi tertinggi suatu bangsa adalah ketika mampu menciptakan barang dan jasa bermutu yang bisa dipakai dalam kompetisi global. Menurutnya, globalisasi menuntut inovasi dan teknologi terbaru. Wawasan masyarakat bisa terbuka melalui literasi.
"Jadi kita jangan memahami perpustakaan sebagai deretan buku baru, ditaruh di rak-rak, dan sampai membusuk. Waktu membusuk, pustakawan minta anggaran untuk konservasi. Tidak. Kita sudah mengubah paradigma perpustakaan menjadi 10 persen untuk management collection, 20 persen untuk management knowledge, dan 70 persen untuk transfer knowledge," urainya.
Pembangunan perpustakaan melalui DAK, sambungnya, diharapkan bisa membangun kualitas sumber daya manusia di semua lini, yang kemudian meningkatkan nilai kualitas untuk membangun bangsa untuk berkontribusi dalam mengisi kemerdekaan.
Ada enam menu yang tersedia dalam DAK, yakni pembangunan gedung fasilitas layanan, perluasan gedung fasilitas layanan, renovasi gedung fasilitas layanan, pengadaan perabot fasilitas layanan perpustakaan, pengadaan teknologi dan informasi (TIK) layanan perpustakaan, serta pengembangan bahan perpustakaan umum.
DAK diberikan dengan tujuan untuk pemerataan layanan perpustakaan umum yang berkualitas di provinsi dan kabupaten/kota; peningkatan akses literasi informasi terapan dan inklusif masyarakat, peningkatan pemanfaatan TIK untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat; serta peningkatan kualitas dan keberagaman koleksi perpustakaan sebagai sumber pengetahuan dan pembelajaran masyarakat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: