Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Benarkah Rumah Sakit Membisniskan Covid-19?

        Benarkah Rumah Sakit Membisniskan Covid-19? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sejumlah perusahaan pengelola rumah sakit mencetak kinerja ciamik di tengah gempuran pagebluk Covid-19 saat ini. Misalnya saja Rumah Sakit (RS) Mayapada dan Siloam Hospitals yang mampu menyulap rugi pada tahun 2020 menjadi untung miliaran di tahun ini. RS Mitra Keluarga juga mencetak kenaikan laba secara signifikan.

        Kontan saja, sebagian masyarakat beranggapan bahwa keuntungan dari kedua RS tersebut dikantongi dari hasil membisniskan pandemi Covid-19. Asumsi tersebut dilontarkan oleh sejumlah warganet (netizen) di media sosial, Instagram.

        "Dunia kesehatan untung banyak dari Covid-19, sudah bukan rahasia lagi. Banyak orang memanfaatkan pandemi demi cuan banyak. Covid-19 bisnis yang aduhai," klaim seorang warganet yang dikutip Warta Ekonomi.

        Imbuhnya, "Covid-19 sudah menjadi bisnis. Pantas saja banyak Covad-covid di mana-mana. Rumah sakit untung banyak ternyata."

        Baca Juga: Semangat Kolaborasi, Danamon Hadirkan RS Darurat untuk Pasien Covid-19

        "RS swasta untung besar. Dokter suster meninggal kena Covid-19 pun, RS tetap untung besar," komentar warganet lain.

        Adapula netizen yang mengklaim bahwa dokter atau rumah sakit dengan sengaja membuat pasien menjadi positif Covid-19 sehingga mereka bisa mendapatkan dana segar.

        "Orang mati padahal negatif Covid-19 dibuat positif Covid-19. Mantap sip, klaim Covid-19 cair," kata warganet. Klaim serupa juga ditulis warganet lain, "tetangga gua saja mati noncovid ditawarin mau dimasukkan daftar Covid-19 atau enggak."

        Namun, benarkah rumah sakit sengaja memanfaatkan pandemi Covid-19 di Indonesia demi meraup untung besar?

        Kinerja Keuangan RS

        Beberapa RS yang terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) memang mengalami peningkatan untung signifikan pada tahun ini. PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) selaku pengelola RS Mayapada berhasil mengubah rugi bersih sebesar Rp9,42 miliar pada Q1-2020 lalu menjadi laba bersih sebesar Rp68,14 miliar pada Q1 2021.

        Merujuk laporan keuangan perusahaan, berbaliknya tekor menjadi cuan itu sejalan dengan pendapatan SRAJ yang tumbuh subur sebesar 77,39% secara year on year (yoy). Per Maret 2020 lalu, pendapatan SRAJ mencapai Rp282,12 miliar dan angkanya meningkat jadi Rp500,45 miliar pada Maret 2021.

        "Hal ini karena meningkatnya pasien Covid-19 akibat pandemi yang sekarang terjadi," beber Direktur SRAJ Arif Mualim saat paparan publik bulan lalu (13/7/2021).

        Arif bilang bahwa pihaknya tidak mempredikasi lonjakan pasien Covid-19. Sehingga daftar antrean (waiting list) membludak hingga ke level triple digit.

        "Mohon bantu doa agar tenaga kesehatan kami bisa menangani sebanyak mungkin pasien yang masih mengantre. Kami berkomitmen menampung sebanyak mungkin pasien Covid dan non-Covid," kata dia.

        Kontributor pendapatan paling besar disumbang oleh segmen rawat inap di mana secara tahunan naik dari Rp86,01 miliar pada Q1-2020 menjadi Rp156,44 miliar pada Q1-2021. Segmen obat-obatan juga mengalami peningkatan tinggi, yakni awalnya hanya Rp102,71 miliar menjadi Rp138,14 miliar.

        Pendapatan poliklinik dan laboratorium masing-masing tumbuh dari Rp54,28 miliar menjadi Rp98,54 miliar dan dari Rp27,53 miliar menjadi Rp71,75 miliar. Begitu pula dengan pendapatan radiologi yang meningkat dari Rp13,57 miliar menjadi Rp38,01 miliar.

        Sumber pendapatan RS Mayapada berikutnya adalah segmen hemodialisa dan pemeriksaan medis yang masing-masing menyumbang pendapatan Rp5,38 miliar dan Rp776,47 juta pada kuartal pertama tahun 2021.

        Selain itu, RS milik konglomerat Dato Sri Tahir ini berhasil mengantongi keuntungan karena ditopang oleh peningkatan pendapatan bunga, yakni sebelumnya Rp2,23 miliar per Maret 2020 menjadi Rp14,82 miliar per Maret 2021. Pendapatan lain-lain pun mengalami kenaikan dari Rp1,26 miliar menjadi Rp21,65 miliar.

        Hanya saja, pada saat yang sama, beban keuangan mengalami pembengkakan dari Rp3,68 miliar menjadi Rp36,04 miliar. Aset SRAJ sampai dengan akhir Maret 2021 mencapai Rp4,35 triliun. Nilai tersebut lebih tinggi dari aset SRAJ pada Maret 2020 lalu yang hanya Rp4,34 triliun.

        Baca Juga: Ngamuk Tiga Hari Berturut-Turut, Saham Pengelola RS Mayapada Dapat Lampu Kuning!

        Menyusul RS Mayapada, kinerja bisnis Siloam Hospitals milik keluarga konglomerat Riady juga kinclong pada paruh pertama 2021. Manajemen melaporkan, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) mengantongi laba bersih senilai Rp291,54 miliar pada semester I 2021.

        Capaian tersebut berbanding terbalik dari semester I-2020 lalu yang justru merugi sebesar Rp130,04 miliar. Peningkatan pendapatan menjadi penopang bagi kinerja laba perusahaan. Pendapatan Siloam Hospitals meningkat hingga 51,79% dari Rp2,51 triliun per Juni 2020 menjadi Rp3,81 triliun per Juni 2021.

        Layanan rawat inap menyumbang pertumbuhan pendapatan tertinggi di mana angkanya tumbuh dari Rp1,36 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp2,08 triliun pada semester I-2021. Pada saat yang sama, pendapatan layanan rawat jalan meningkat dari Rp1,15 triliun tahun lalu menjadi Rp1,73 triliun tahun ini.

        Kinerja keuangan Siloam Hospitals semakin meningkat karena beban keuangan perusahaan mampu dipangkas signifikan dari Rp85,88 miliar menjadi Rp32,84 miliar. Ditambah lagi, penghasilan bunga mengalami peningkatan dari sebelumnya Rp4,04 miliar menjadi Rp7,92 miliar. Aset Siloam Hospitals per Juni 2021 mencapai Rp8,73 triliun, lebih tinggi dari Juni 2020 lalu yang hanya Rp8,43 triliun.

        Presiden Direktur SILO Darjoto Setyawan bilang, SILO memiliki peran yang signifikan dalam penanganan Covid-19. Sepanjang 2021, anak usaha PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) ini telah menggelar sebanyak 500 ribu dan 2,6 juta tes serologi dan vaksinasi Covid-19 terhadap 160 ribu orang. Perseoran juga telah mengalokasikan sebanyak 661 tempat tidur untuk penanganan Covid-19 dan penanganan terhadap 24 ribu pasien Covid-19.

        "Siloam memiliki infrastruktur yang kuat di seluruh wilayah sebagai bagian dari penanganan Covid-19. Kami akan siap bersama-sama pemerintah, komunitas bisnis, segenap karyawan, dan seluruh rakyat Indonesia untuk melawan pandemi ini," beber Darjoto melalui keterangan tertulisnya (29/7/2021).

        Baca Juga: Susah Payah Pangkas Rugi, Lippo Karawaci Masih Tekor pada Semester I-2021

        Asal tahu saja, Siloam memiliki satu kapasitas pengujian Covid-19 swasta terbesar di Indonesia dengan jaringan Lab Pengujian PCR di 15 rumah sakit. Sejak pandemi menerjad Indonesia hingga kuartal I-2021, Siloam telah melakukan 2,2 juta tes antibodi, serologi, dan antigen serta lebih dari 340 ribu tes PCR dan Isothermal.

        Siloam juga memiliki sejumlah rumah sakit khusus Covid-19, yakni Siloam Hospitals Mampang Jakarta Selatan, Siloam Hospitals Kelapa Dua Tangerang, Siloam Hospital Paal Dua di Manado, dan Siloam Hospitals Ambon di Maluku.

        Sementara itu, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) juga menorehkan kinerja positif. Laba bersih RS milik salah satu orang terkaya di Indonesia Boenjamin Setiawan ini tercatat melonjak hingga 113,29% dari Rp288,74 miliar pada semester I-2020 menjadi Rp615,88 miliar pada semester I-2021.

        Merujuk ke laporan keuangan perusahaan, pendapatan yang dikantongi RS Mitra Keluarga tumbuh 65,97% dari Rp1,44 triliun per Juni 2020 menjadi Rp2,39 triliun per Juni 2021. Pendapatan rawat inap membukukan kenaikan dari awalnya Rp934,29 miliar menjadi Rp1,59 triliun. Sementara itu, pendapatan rawat jalan meningkat dari Rp507,07 miliar menjadi Rp799,83 miliar.

        Kenaikan pendapatan ditambah dengan efisiensi beban operasi menjadi faktor yang mendongkrak keuntungan RS Mitra Keluarga. Beban operasi lainnya menyusut dari Rp2,94 miliar pada Juni 2020 lalu menjadi Rp609,95 juta pada Juni 2021.

        Pada periode yang sama, RS Mitra Keluarga mengantongi pendapatan operasi lainnya sebesar Rp27,78 miliar. Nilai tersebut lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai Rp34,51 miliar. Pendapatan keuangan juga mengalami sedikit koreksi, yakni awalnya Rp35,77 miliar per Juni 2020 menjadi Rp34,28 miliar per Juni 2021.

        Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Anggaraksa Arismunandar, menyatakan bahwa kenaikan jumlah pasien rawat inap di RS Mitra Keluarga didukung oleh penanganan Covid-19. Level okupansi untuk pasien Covid-19 jadi lebih mendominasi, menembus 79%, dibandingkan okupansi pasien non-Covid-19 sebesar 61%.

        "Peningkatan kapasitas dan volume pasien untuk kasus Covid-19 terus mendukung kinerja MIKA sejak terpuruk di 2Q-2020," tulis Anggaraksa dalam risetnya yang terbit 7 Mei 2021.

        Menurutnya, penanganan Covid-19 masih akan memberi kontribusi besar pada pertumbuhan MIKA di semester I tahun ini. Di semester II nanti, bisnis MIKA juga bakal terdorong dengan adanya penambahan kapasitas usai pembangunan rumah sakit baru.

        "Dengan pandemi diharapkan lebih terkendali, pembukaan rumah sakit baru baik melalui konstruksi yang dikembangkan sendiri maupun akuisisi, diharapkan dapat menopang pertumbungan kinerja yang sehat," tukasnya.

        Mengamini riset Anggaraksa, laporan Mirae Asset Sekuritas Indonesia, 7 Juli 2021, menyebutkan bahwa rumah sakit memang masih akan mendapat keuntungan dari penanganan Covid-19 pada 2021.

        "Tanpa adanya regulasi penanganan Covid-19 yang tidak menguntungkan oleh pemerintah, pendapatan rawat inap pasien per hari di rumah sakit akan terus lebih tinggi dari biasanya pada 2021," tulis Joshua Michael, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam laporan tersebut.

        RS Bisniskan Covid-19?

        Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi), Lia G Partakusuma, mengatakan keuntungan yang diperoleh sebagian RS bergantung pada strategi manajemen masing-masing. Hal ini diutarakannya sebagai respons atas tudingan masyarakat yang menyebut RS membisniskan Covid-19.

        "Pandemi itu bisa dua mata uang, satu adalah sebuah cobaan karena itu (RS) semuanya harus mengeluarkan modal yang besar dan tenaganya berkurang, tapi bagi rumah sakit yang bisa memanfaatkan situasi, memang betul itu adalah challenge. Nah ini tergantung dari manajemen rumah sakitnya, kalau rumah sakitnya lincah dan bisa memiliki strategi, bisa saja (memperoleh untung)," kata Lia kepada Warta Ekonomi, Senin (16/8/2021).

        Baca Juga: Bisnis Rumah Sakit Milik Boenjamin Setiawan Kinclong, Laba RS Mitra Keluarga Melonjak Signifikan!

        Menanggapi laba Siloam Hospitals yang melonjak drastis, menurut Lia, hal tersebut disebabkan strategi manajemen SILO yang menyediakan layanan home care bagi para pasien di kala pandemi. Sementara permintaan layanan home care terbilang cukup tinggi, bahkan, kata Lia, permintaan home care SILO mencapai ribuan.

        "Jadi, kalau pertanyaannya apakah ada rumah sakit yang berlebih, ya bisa ada. Karena mereka yang mengatur (manajemen) sendiri. Tapi, kalau ditanya ada enggak rumah sakit yang sampai harus tutup dan merugi? Ada. Ini sama saja kayak perusahaan di luar. Ada enggak perusahaan yang untung karena pandemi? Ada, karena mereka memanfaatkan (situasi)," papar Lia.

        Lia menjelaskan, ada beragam faktor yang membuat rumah sakit besar memiliki kinerja yang lebih bagus. Misalnya, kemampuan teknologi yang mendukung serta sistem kerja yang tersusun rapi. Dengan demikian, rumah sakit semacam itu dapat mengurus tagihan dengan baik dan tepat waktu.

        Di sisi lain, rumah sakit kecil, terutama yang di daerah, bisa jadi mengalami kondisi sebaliknya. Lia mengungkapkan, "coba lihat rumah sakit di daerah, mungkin saja mereka bisa jadi mengurangi orang (pegawai)."

        Perwakilan Persi ini meminta masyarakat untuk tidak menilai kinerja RS hanya dari satu atau dua RS saja. Pasalnya, tak semua RS memiliki kapasitas yang sama dengan RS besar yang mengalami kenaikan untung.

        "Artinya, jangan melihat satu-dua saja. Kita lihat secara holistik. Jangan juga apriori, rumah sakit ini untung. Kita lihat juga, apakah semua yang dikeluarkan rumah sakit itu terbayar dengan klaim dari Kemenkes? Kan enggak tahu juga kita. Kalau bisa jangan dilihat satu-dua kasus saja, secara keseluruhan seperti apa, itu yang lebih baik," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rosmayanti
        Editor: Cahyo Prayogo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: