Mengenal Hui Ka Yan, Miliarder di Balik China Evergrande, Real Estate dengan Utang Ribuan Triliun
Perjuangan pengembang properti terbesar kedua di China, Evergrande, telah menyebabkan penurunan di pasar saham seluruh dunia. Saat perusahaan mendekati tenggat waktu untuk pembayaran pinjaman USD83 juta (Rp1,1 triliun), masa depan perusahaan telah di ujung tanduk.
Di tambah lagi, penilai kredit internasional S&P Global memperkirakan pemerintah China akan menolak untuk menyelamatkan perusahaan yang berhutang itu.
Namun, pendiri dan ketua Evergrande Hui Ka Yan memproyeksikan sikap optimis. Ia menulis dalam sebuah surat kepada karyawannya bahwa perusahaan akan keluar dari momen tergelapnya. Sayangnya, surat ini tidak disambut dengan pujian.
Baca Juga: Rupiah Hari Ini dalam Bayang-Bayang The Fed dan Evergrande
Dikutip dari News Week di Jakarta, Rabu (22/9/21) Reuters melaporkan bahwa pernyataan Hui tidak menyebutkan rencana bagaimana para pemimpin perusahaan untuk keluar dari utang USD300 miliar (Rp4.273 triliun). Netizen di China pun tak tinggal diam, dalam Weibo mereka menyebutnya "delusi" dan "seorang pria yang menipu orang."
Perusahaan Hui dinilai akan segera menghadapi salah satu kegagalan ekonomi terbesar di dunia. Pemilik nama mandarin Xu Jiayin ini lahir pada tahun 1958 di kota pedesaan Desa Jutaigang di Kotapraja Gaoxian yang berpusat di provinsi Henan yang terletak di China Barat.
Ayahnya berperang melawan Jepang sebagai anggota Tentara Revolusioner China, dan ibunya meninggal sebelum ulang tahunnya yang pertama. Sebagian besar hidupnya, ia dibesarkan oleh neneknya.
Hui sejak dulu melakukan sejumlah pekerjaan yang melelahkan. Media pemerintah China melaporkan bahwa dia pernah mengendarai traktor untuk menggali kotoran sebelum bekerja selama dua tahun di sebuah pabrik semen. Pada titik tertentu, dia mengklaim bertemu dengan seorang peramal yang berseru bahwa dia akan memiliki "mangkuk emas di masa depan."
Akhirnya, Hui keluar dari pekerjaan pabrik semen dan diterima di Institut Besi dan Baja Wuhan yang sekarang dikenal sebagai Universitas Sains dan Teknologi Wuhan pada akhir 1970-an. Setelah lulus dan bekerja selama beberapa tahun di Perusahaan Besi dan Baja Wuyang, ia pun akhirnya menuju "mangkuk emas" ketika mendirikan Evergrande Group pada tahun 1997.
Perusahaan melakukan serangkaian investasi properti IPO senilai USD722 juta pada tahun 2009. Seiring pertumbuhan ekonomi China, begitu pula Evergrande tumbuh.
Pada tahun 2018, laporan Brand Finance menempatkannya sebagai perusahaan real estat paling berharga di dunia. Hui memiliki 70 persen saham perusahaan, Forbes memperkirakan, ia adalah orang terkaya ke-53 di dunia dan orang terkaya ke-10 di China dengan harta USD10,7 miliar (Rp152 triliun)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: