Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Waduh! 9 Perubahan Bentuk Feses Ini Perlu Diwaspadai, Alasannya...

        Waduh! 9 Perubahan Bentuk Feses Ini Perlu Diwaspadai, Alasannya... Kredit Foto: Republika
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Saat buang air besar (BAB), kotoran yang keluar bisa memiliki bentuk dan ukuran yang beragam. Perubahan bentuk dan ukuran kotoran bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor.

        "Perubahan pola BAB bergantung pada pola makan, aktivitas fisik, berapa banyak air putih yang dikonsumsi, dan obat apa yang orang gunakan," ungkap ahli gastroenterologi M Nuri Kalkay, seperti dikutip dari Huffington Post.

        Baca Juga: Catat! Selain Diabetes, Ini Penyebab Rasa Lapar Berlebih pada Seseorang

        Di antara perubahan kotoran yang mungkin terjadi, ada beberapa yang patut diwaspadai dan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. Berikut ini adalah perubahan kotoran tersebut.

        Berwarna hitam

        Kotoran yang berwarna hitam, bukan cokelat tua, perlu diwaspadai. Warna hitam tersebut dapat menunjukkan ada perdarahan di saluran pencernaan atas seperti kerongkongan, lambung, atau usus kecil.

        Akan tetapi ,ada pengecualian yang membuat kotoran berwarna hitam tak perlu dikhawatirkan. Misalnya, bila kotoran berwarna hijau tua hampir seperti hitam karena konsumsi supelemen zat besi. Warna kotoran juga bisa tampak hampir seperti hitam bila seseorang mengonsumsi obat yang mengandung bismuth, seperti obat mual, muntah, dan mulas Pepto Bismol.

        Ada darah merah segar

        Keluarnya kotoran yang disertai darah merah segar juga sebaiknya tak diabaikan. Kondisi ini dapat menunjukkan adanya perdarahan yang bersumber di anal cana atau kanalis anal atau rektum. Beberapa masalah kesehatan yang mungkin memicu terjadinya kondisi ini adalah kanker rektum, polip dubur, fisura anus, atau wasir internal.

        Baca Juga: Apakah Diabetes Tipe 1 dan 2 Bisa Dicegah dengan Diet dan Olahraga? Ternyata…

        Berwarna marun

        Kotoran dengan warna merah marun biasanya memiliki konsistensi lebih cair dan disertai dengan aroma tak sedap yang berbeda dari aroma kotoran biasa. Tampilan kotoran seperti ini bisa mengindikasikan adanya perdarahan pada ujung usus kecil atau kolon. Kondisi ini biasanya dipicu oleh masalah kesehatan yang memerlukan penanganan darurat, seperti divertikulosis dan malformasi arteriovenosa.

        Terlihat pucat, berminyak, dan sangat bau

        Kotoran yang terlihat pucat, berminyak, dan disertai aroma yang sangat tak sedap dikenal sebagai steatorea. Penyebabnya ialah adanya lemak berlebih di kotoran.

        Steatorea kerap ditemukan pada orang dengan sindrom malabsorpsi, insufisiensi pankreas, dan penyakit bilier. Kotoran yang keluar dalam bentuk sindrom malabsorpsi, insufisiensi pankreas dan penyakit bilier mengindikasikan bahwa tubuh kesulitan untuk menyerap lemak dan dapat menjadi tanda bahwa pasien berisiko terkena defisiensi vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.

        Baca Juga: Catat! Selain Diabetes, Ini Penyebab Rasa Lapar Berlebih pada Seseorang

        Bentuk atau konsistensi berbeda dari biasanya

        Bentuk atau konsistensi kotoran yang tampak berbeda dibandingkan biasanya perlu dipertanyakan. Sebagai contoh, seseorang biasanya menegluarkan kotoran yang halus dan panjang seperti sosis, namun tiba-tiba kotorannya tampak tipis seperti pensil.

        "Itu bisa menandakan bahwa mungkin ada masalah peradangan, seperti Crohn's atau infeksi," ujar dokter bedah umum Karen Soika.

        Konsistensi kotoran yang menjadi cair atau diare juga bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Misalnya, sindrom iritasi usus, infeksi, atau penyakit peradangan usus.

        Diare cair setelah berkemah

        Keluan diare yang terjadi setelah berkemah bisa disebabkan oleh giardiasis, suatu penyakit yang disebabkan oleh giardia, organisme protozoa.

        Giardia bisa ditemukan di air segar. Untuk menghindari kondisi ini, panaskan air segar yang diambil di area pegunungan atau perkemahan sebelum dikonsumsi.

        Baca Juga: Penting! Penderita Diabetes Mengalami Rasa Lapar yang Berlebihan? Mungkin Ini Penyebabnya, Ternyata…

        Berlendir

        Kotoran yang disertai lendir sering kali disebabkan oleh inflamasi pada usus. Masalah ini kerap terjadi pada kasus penyakit peradangan usus seperti Crohn's atau kolitis ulseratif. Jangan abaikan bila kotoran berlendir disertai dengan darah atau sakit pada perut.

        Keras atau sembelit

        Kotoran yang keras atau frekuensi BAB yag jarang dapat mengindikasikan sembelit. Sembelit umumnya disebabkan oleh kurangnya serat pada pola makan sehari-hari atau kurang asupan cairan. Sembelit juga bisa diakibatkan oleh konsumsi obat tertentu, sumbatan di usus, atau dalam kasus yang lebih jarang akibat kanker usus.

        Baca Juga: Apakah Diabetes Tipe 1 dan 2 Bisa Dicegah dengan Diet dan Olahraga? Ternyata…

        Lembek, berair, atau frekuensi sering

        Kotoran yang lembek perlu dikhwatirkan bila disertai dengan diare yang berlangsung lebih dari dua pekan, atau bila disertai dengan perdarahan, penurunan berat badan, atau gejala-gejala yang membuat sulit tidur malam.

        Diare yang tak dipicu oleh infeksi, kemungkinan disebabkan oleh intolernasi laktosa, sindrom iritasi usus, sindrom peradangan usus, atau penyakit celiac. Tes darah, tes feses, atau kolonoskopi dapat membantu dokter mengetahui penyebab terjadinya diare berkepanjangan tersebut.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: