Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gus Muhaimin Dinilai Lebih Baik Dibanding Puan, 'Mohon Maaf Masih di Bawah'

        Gus Muhaimin Dinilai Lebih Baik Dibanding Puan, 'Mohon Maaf Masih di Bawah' Kredit Foto: Instagram/Puan Maharani
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin mengakui bahwa peluang Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar untuk maju di Pilpres 2024 memang dinilai wajar adanya.

        "Saya memahami jika PKB ingin mengusung ketua umumnya, Gus Muhaimin, sebagai capres di 2024. Kenapa? Karena memang peluangnya ada. Kalau nanti setelah 2024 sulit karena sudah ada incumbent, pemenang di Pemilu 2024,” ujar Ujang.

        Pemilu 2024, kata Ujang, menjadi momentum terbaik bagi PKB untuk mengusung Gus Muhaimin sebagai capres. Menurutnya, ada hal yang berbeda yang ingin ditawarkan PKB dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya. 

        Dulu, kata Ujang, tokoh yang di-endorse PKB untuk maju dalam Pilpres adalah para sesepuh, senior atau kiai NU. Misalnya pada Pemilu 2004, tokoh yang didukung PKB adalah KH Solahuddin Wahid (Gus Solah), adik Gus Dur, sebagai cawapres pendamping Wiranto.

        Kemudian pada Pemilu 2019 lalu PKB mengusung Rais Aam PBNU saat itu, KH Ma’ruf Amin sebagai cawapres pendamping Jokowi. 

        "Saya melihat ada pergeseran hari ini PKB yang ingin mengusung ketua umumnya. Menurut saya itu sesuatu yang sehat, sesuatu yang baik, menawarkan figur alternatif untuk Pilpres 2024,” urainya. 

        Lalu, bagaimana jika Gus Muhaimin dipasangkan dengan Prabowo seperti yang sebelumnya pernah disampaikan Wakil Ketua Umum Bidang Pemenangan Pemilu DPP PKB Jazilul Fawaid?

        Ujang yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini mengatakan bahwa jika hitung-hitungan ektabilitas, duet tersebut ada kecocokan. Prabowo dikenal sebagai sosok nasionalis sementara Gus Muhaimin mewakili kelompok Islam yang berbasis kultural.

        "Itu cocok-cocok saja, bagus-bagus saja dibandingkan dengan Puan yang mohon maaf elektabilitasnya masih di bawah. Ini butuh perjuangan keras kalau (Muhaimin) berpasangan dengan Mbak Puan,” urainya. 

        Kendati begitu, menurut Ujang, bukan perkara mudah untuk menggandengkan Gus Muhaimin dengan Prabowo.

        ”Sebab saya lihat dari pendapatnya Pak Jazilul Fawaid bahwa PKB tidak sedang ingin menjadi cawapres, tapi bargaining-nya ingin menjadi capres, itu menarik,” katanya. 

        Ujang mengatakan, dalam sebuah bangunan koalisi, pasti akan terjadi kompromi yang terbaik di antara parpol koalisi. Dia menekankan bahwa saat ini semua nama bakal capres-cawapres yang muncul ke permukaan elektabilitasnya belum ada yang dominan dan masih di bawah 30%.

        ”Masih jauh, belum stabil. Belum kelihatan nanti siapa yang akan menang. Lalu, koalisi yang dibangun juga belum terlihat, komposisi siapa capres-cawapres juga belum kelihatan,” tuturnya. 

        Karena itu, tutur Ujang, menjadi menarik untuk melihat skema atau format yang memungkinkan jika PKB berkoalisi dengan Gerindra.

        ”Apakah Gus Muhaimin bisa dengan Pak Prabowo atau dengan Puan atau dengan kepala daerah lain, saya lebih realistis karena ini 20 persen presidential threshold tidak mudah. Sesuatu yang perlu diperjuangkan PKB, lebih realistis memilih (koalisi) dengan ketum parpol yang memiliki elektabilitas tinggi, siapapun dia,” katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: