Kisah Orang Terkaya: Silvio Berlusconi, Politikus Terkaya di Italia, Hartanya Rp111 Triliun
Salah satu orang terkaya di Italia dan dunia, Silvio Berlusconi adalah seorang taipan media dan politikus Italia yang menjadi Perdana Menteri Italia pascaperang terlama yang pernah ada.
Meski demikian, pada dasarnya, Berlusconi adalah pengusaha. Ia adalah pemegang saham pengendali Mediaset dan memiliki klub sepak bola Italia AC Milan dari 1986 hingga 2017.
Berlusconi adalah orang pertama yang menduduki jabatan perdana menteri tanpa pernah memegang jabatan pemerintahan atau administrasi sebelumnya. Ia dikenal dengan gaya politik populis dan kepribadiannya yang kurang ajar. Dalam masa jabatannya yang panjang, ia sering dituding sebagai pemimpin yang otoriter dan orang yang kuat.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Rinat Akhmetov, Mantan 'Penjahat' yang Jadi Miliarder Dunia
Berlusconi lahir di Milan pada tahun 1936, di mana ia dibesarkan dalam keluarga kelas menengah. Ayahnya, Luigi Berlusconi adalah seorang pegawai bank, dan ibunya, Rosa Bossi merupakan seorang ibu rumah tangga. Berlusconi adalah anak pertama dari tiga bersaudara.
Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya di perguruan tinggi Salesian, ia belajar hukum di Università Statale di Milan dan lulus dengan pujian pada tahun 1961, dengan tesis tentang aspek hukum periklanan.
Sejak Berlusconi duduk di sekolah menengah, ia makin lihai dalam menawarkan dirinya seperti pada keterampilan dalam bermusik, Berlusconi lihai memainkan double bass dan bernyanyi. Ia bahkan sempat bermain dalam band dengan sahabat karibnya, Fedele Confalonieri. Bahkan, keduanya menandatangani kontrak untuk manggung rutin di kapal pesiar.
Karier bisnis Berlusconi dimulai di bidang konstruksi dan properti dari modal sang ayah. Pada akhir 1960-an, ia membangun Milano Due, sebuah pengembangan dari 4.000 apartemen tempat tinggal di sebelah timur Milan.
Pekerjaannya dimulai pada tahun 1970, dan selesai pada tahun 1979. Landmark yang khas adalah fasilitas olahraga, danau buatan kecil dan taman bermain anak-anak. Keuntungan dari usaha ini memberikan uang awal untuk mendirikan bisnis media.
Berlusconi pertama kali memasuki dunia media pada tahun 1973, dengan mendirikan sebuah perusahaan televisi kabel kecil, TeleMilano, untuk melayani unit-unit yang dibangun di atas properti Segrate miliknya.
TeleMilano adalah saluran televisi swasta Italia pertama, dan kemudian berkembang menjadi Canale 5, stasiun TV swasta nasional pertama.
Setelah membeli dua saluran lagi, Berlusconi memindahkan stasiun tersebut ke pusat kota Milan pada tahun 1977 dan mulai mengudara melalui gelombang udara.
Pada tahun 1978, Berlusconi mendirikan grup media pertamanya, Fininvest, dan bergabung dengan kelompok masonik Propaganda Due. Dalam lima tahun menjelang 1983 ia memperoleh sekitar 113 miliar lira Italia.
Fininvest segera berkembang menjadi jaringan stasiun TV lokal di seluruh negeri yang memiliki program serupa, yang pada dasarnya membentuk satu jaringan nasional.
Pada tahun 1980, Berlusconi mendirikan jaringan nasional swasta pertama Italia, Canale 5, diikuti tak lama kemudian oleh Italia 1, yang dibeli dari keluarga Rusconi pada tahun 1982, dan Rete 4, yang dibeli dari Mondadori pada tahun 1984.
Dia kemudian meluncurkan tiga jaringan saudara internasional: La Cinq (yang mulai beroperasi pada 1986), Tele 5 (yang diluncurkan pada 1988), dan Telecinco (yang diluncurkan pada 1989). La Cinq dan Tele 5 berhenti beroperasi pada tahun 1992 dan kemudian masing-masing digantikan oleh La Cinquième dan DSF.
Berlusconi menciptakan kerajaan TV komersial pertama dan satu-satunya di Italia. Dia dibantu oleh koneksinya dengan Bettino Craxi, sekretaris jenderal Partai Sosialis Italia dan juga perdana menteri Italia pada waktu itu.
Mulai akhir 1970-an, Silvio Berlusconi membangun grup media Fininvest menjadi kekuatan nasional, mengimpor acara Amerika seperti 'Baywatch' ke Italia.
Dia pun akhirnya memasuki politik pada 1990-an dan pertama kali terpilih sebagai perdana menteri Italia pada 1994.
Kekayaannya, yang ia bagikan dengan kelima anaknya, termasuk saham di perusahaan media, penerbitan, dan perbankan kini diprediksi sebesar USD7,8 miliar (Rp111 triliun).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: