
Oe Suat Hong atau yang lebih dikenal dengan nama Tomy Winata lahir pada tahun 1958 di Jakarta dari pasangan Tjia Kian Liong dan Lie Ing Nio. Tomy adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ayahnya merupakan seorang pengusaha yang memiliki bisnis di bidang tekstil dan properti.
Pada usia 12 tahun, Tomy mendapat pengalaman berharga ketika sang ayah mempercayakan kepadanya sebuah toko kecil di Jakarta. Namun, pengalaman besar sesungguhnya terjadi ketika Tomy Winata memulai karir bisnis di usia 20 tahun, ketika ia bergabung dengan perusahaan ayahnya, PT Winata, yang bergerak di bidang tekstil dan properti.
Tomy yang ketika itu masih sangat muda memiliki kecerdikan luar biasa. Meskipun berdarah Tionghoa, dia dapat dengan mudah dekat dengan tokoh militer dan elite pemerintahan Orde Baru. Hal ini kemudian menjadi langkah awal pengembangan bisnisnya.
Tomy mulai menjalin hubungan dekat dengan militer pada era 1970-an, saat ia dipercaya membangun kantor Koramil di Singkawang, Kalimantan Barat. Kesempatan tersebut membuka jalan bagi Tomy untuk mendapatkan berbagai proyek militer lainnya, seperti pembangunan barak, sekolah tentara, hingga penyediaan kebutuhan logistik bagi militer di sejumlah daerah.
Pada tahun 1980, Tomy Winata memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri, PT Artha Graha, yang bergerak di bidang properti dan konstruksi. Perusahaan ini kemudian berkembang menjadi salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia menjadi Artha Graha Network (AGN).
Pada tahun 1986, Tomy dan rekannya, Sugianto Kusuma (alias Aguan), mengakuisisi Bank Propelat yang saat itu berada di ambang kebangkrutan. Bank yang sebelumnya dimiliki Yayasan Kartika Eka Paksi (ABRI) ini kemudian diubah menjadi Bank Artha Graha pada 1989.
Memasuki era 1990-an, Tomy mulai memperluas bisnisnya ke sektor properti. Ia bersama yayasan militer mengambil alih pengelolaan Hotel Borobudur, membangun kawasan hiburan di Kepulauan Seribu dan Bali, serta memprakarsai proyek-proyek besar, seperti pembangunan kawasan Sudirman Central Business District (SCBD) di Jakarta. Seperti diketahui, SCBD di Jakarta Selatan dikembangkan oleh PT Danayasa Arthatama yang merupakan anak perusahaan dari PT Jakarta International Hotels and Development (JIHD) milik Tomy.
Bisnis perbankan Tomy pun tak dikesampingkan, bahkan diperkuat melalui penggabungan Bank Arta Prima dan Bank Interpacific menjadi Bank Artha Graha Internasional pada tahun 2005.
Baca Juga: Kisah 'Ngeyel' Mochtar Riady, dari Jaga Toko hingga Sukses Mewariskan Lippo Group
Hingga hari ini, berikut adalah emiten-emiten di dalam naungan Artha Graha Network (AGN) yang dimiliki oleh Tomy Winata:
- PT Bank Artha Graha Internasional Tbk
- PT Arthagraha General Insurance
- PT Jakarta International Hotels & Development Tbk
- PT Artha Graha Telekomindo
- PT Pasifik Agro Sentosa
- PT Danapati Abinaya Investama (Jak TV)
- PT Danatel Pratama
- PT Danayasa Arthatama
- PT Electronic City Indonesia Tbk
- PT Multiagro Pangan Lestari
Meskipun tak lepas dari kontroversi, seperti reklamasi Teluk Benoa dan Pulau Rempang, Tomy Winata adalah sosok yang memiliki pengaruh pada ekonomi Indonesia. Namanya tidak termasuk ke dalam 10 besar orang terkaya di Indonesia, tetapi disebut sebagai salah satu dari “9 Naga”.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement