Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Diduga Terlibat Dalam Bisnis PCR, Luhut Angkat Bicara, Mohon Disimak!

        Diduga Terlibat Dalam Bisnis PCR, Luhut Angkat Bicara, Mohon Disimak! Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Koordinator Maritiman dan Investasi (Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan membantah dirinya terlibat dalam Tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang sedang ramai dibicarakan sekarang.

        Dugaan keterlibatan Luhut dalam bisnis PCR ramai dibicarakan setelah laporan investigasi yang dilakukan Majalah Tempo Edisi 30 Oktober 2021 tentang sejumlah laboratorium yang diduga dimiliki sejumlah pejabat di tanah air.

        Juru Bicara Luhut, Jodi Mahardi dengan tegas manampik dugaan keterlibatan Luhut. Dia kemudian menjelaskan panjang lebar mengenai LAB milik Luhut yang disinggung laporan majalah Tempo tersebut.

        Baca Juga: Dugaan Menterinya Jokowi Cari Cuan Lewat Bisnis PCR, PKS Teriak Kencang Banget: Harus Dibongkar!

        “Pertama, perlu saya perjelas bahwa Toba Bumi Energi adalah anak perusahaan Toba Bara Sejahtra, dan saham Pak Luhut yang dimiliki melalui Toba Sejahtra di Toba Bara Sejahtra (TBS) sudah sangat kecil yaitu dibawah 10 persen, jadi Pak Luhut tidak memiliki kontrol mayoritas di TBS, sehingga kita tidak bisa berkomentar terkait Toba Bumi Energi,” ujar Jodi kepada awak media di Jakarta, Selasa (2/11/2021).

        Kemudian terkait GSI Lab, Jodi mengakui bahwa Menko Marinves Luhut pernah diajak oleh koleganya dari Grup Indika, Adaro dan Northstar yang memiliki inisiatif untuk membantu menyediakan tes Covid dengan kapasitas test yang besar.

        “Karena hal ini dulu menjadi kendala pada masa-masa awal pandemi ini adalah salah satu kendala. Jadi total kalau tidak salah ada 9 pemegang saham disitu. Yayasan dari Indika dan Adaro adalah pemegang saham mayoritas di GSI ini,” demikian jelas Jodi.

        “Kalau dilihat grup-grup itu kan mereka grup besar yang bisnisnya sudah well established dan sangat kuat dibidang energi, jadi GSI ini tujuannya bukan untuk mencari profit bagi para pemegang saham. Sesuai namanya GSI ini Genomik Solidaritas Indonesia, memang ini adalah kewirausahaan sosial. Malah diawal-awal GSI ini gedungnya diberikan secara gratis oleh salah satu pemegang sahamnya, agar bisa cepat beroperasi pada periode awal dan membantu untuk melakukan testing covid-19,” jelasnya.

        Jodi juga memastikan, sampai saat ini tidak ada pembagian keuntungan dalam bentuk dividen atau bentuk lain kepada pemegang saham.

        “Saya lihat keuntungan mereka malah banyak digunakan untuk memberikan test swab gratis kepada masyarakat yang kurang mampu dan petugas kesehatan di garda terdepan, kalau tidak salah lebih dari 60 ribu test yang sudah dilakukan untuk kepentingan tersebut, termasuk juga membantu di wisma atlet,” tuturnya.

        “Seperti yang sudah saya jelaskan juga diatas, partisipasi dari pak Luhut di GSI ini adalah bagian dari usaha bapak untuk membantu penanganan pandemi pada masa-masa awal dulu, selain tadi donasi pemberian alat-alat test PCR dan reagen yang diberikan kepada fakultas kedokteran di beberapa kampus seperti yang saya sebutkan diatas. Pak Luhut juga ikut membantu Nusantics, salah satu start up dibidang bioscience, untuk membuat reagen PCR buatan anak bangsa yang saat ini diproduksi oleh Biofarma,” sambungnya.

        Maka itu, Jodi memastikan tidak ada maksud bisnis dalam partisipasi Toba Sejahtra di GSI, terlebih menurutnya Luhut sendiri selama ini juga selalu menyuarakan agar harga test PCR ini bisa terus diturunkan sehingga menjadi semakin terjangkau buat masyarakat.

        Baca Juga: Oknum Menteri Terlibat Bisnis PCR, Anak Buah Prabowo Teriak: Mundurlah.. Kasihan Pak Jokowi

        “Perlu disadari bahwa kebijakan test PCR untuk pesawat ini memang diberlakukan untuk mengantisipasi Nataru ya,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: