Riset Snapcart yang yang dilaksanakan pada Oktober 2021 menyimpulkan bahwa GrabFood merupakan aplikasi pesan-antar makanan favorit pengusaha makanan-minuman atau merchant dan konsumen.
Hasil riset menunjukkan 82% merchant menggunakan aplikasi GrabFood untuk layanan mereka, diikuti GoFood (71%) dan ShopeeFood (28%).
Bagi merchant, keunggulan GrabFood dapat dirasakan dari rata-rata penjualan harian yang mencapai Rp 750 ribu.
Lebih tinggi 13% dibanding menggunakan GoFood sebesar Rp 670 ribu. Merchant di Jabodetabek melaporkan penjualan dengan aplikasi GrabFood lebih tinggi 10% dibanding GoFood. Sedang di kota yang lebih kecil seperti Purwokerto, penjualan merchant dengan menggunakan aplikasi GrabFood lebih tinggi 16% dibanding menggunakan GoFood.
Pengalaman Sofwan Adi, pemilik usaha kuliner Sego Krenyes di Surabaya, seolah mengamini hasil riset itu. Awalnya, usaha makanan khas itu ditujukan untuk pasar mahasiswa di sekitar lokasi jualannya. Sejak bergabung sebagai merchant GrabFood pada 2018, usahanya makin moncer.
“Sekarang Sego Krenyes bisa dinikmati banyak orang. Omset saya naik sampai 80 persen. Pesanan saya bisa sampai 250 porsi,” paparnya dalam wawancara dengan media.
Sementara di sisi konsumen, riset ini menemukan rata-rata konsumen menggunakan GrabFood 6 kali dalam sebulan, lebih sering dari GoFood (5 kali dalam sebulan). Rata-rata volume pemesanan melalui GrabFood juga lebih tinggi 11% daripada GoFood.
Data preferensi menunjukkan 54% responden memilih GrabFood sebagai aplikasi pesan-antar makanan yang mereka rekomendasikan, diikuti GoFood (34%) dan ShopeeFood (12%).
“Kami menemukan faktor non-promo ketika konsumen memilih aplikasi yang hendak digunakan, seperti variasi dan jumlah restoran dan makanan yang tersedia dalam aplikasi, kemudahan menggunakan aplikasi, dan kecepatan mendapatkan driver,” tambah Astrid Wiliandry, direktur Snapcart Indonesia dalam peluncuran hasil riset di Jakarta.
Inilah potret terkini persaingan layanan pesan-antar makanan yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Layanan ini juga dianggap menjadi penyelamat bagi merchant dan konsumen selama pembatasan kegiatan kegiatan akibat pandemi Covid-19.
Felita, milenial Jakarta yang bekerja di bidang kreatif, mengakui lebih sering menggunakan GrabFood walaupun juga telah mengunduh aplikasi pesan-antar makanan lainnya.
“Aku nyaman pakai Grab Food. Pilihannya banyak dan rasanya nggak pernah di-cancel karena nggak dapet driver,” ujarnya yang mengaku anak kos ini.
Riset ini merupakan yang pertama mengukur pemanfaatan aplikasi e-delivery makanan oleh konsumen dan merchant.
Menurut Astrid, riset serupa biasanya hanya fokus pada konsumen sementara riset ini menggunakan pendekatan yang lebih mendalam dan holistik, mencakup konsumen dan merchant. Pendekatan itu bertujuan untuk mengetahui aspek kompetitif dari masing-masing pelaku industri.
“Yang kami temukan dalam riset ini, antara konsumen dan merchant seperti dua sisi koin yang sama, keduanya mempunyai kecenderungan yang serupa. Sebagai contoh, kami menemukan konsumen menggunakan GrabFood lebih sering dan membelanjakan uang lebih banyak saat menggunakan GrabFood, seperti juga merchant menggunakan dan mendapatkan penjualan lebih banyak saat menggunakan GrabFood,” kata Astrid.
Riset ini dilakukan pada bulan Oktober 2021 di Jabotabek dan kota-kota Bandung, Surabaya, Medan, Lampung, Purwokerto, Banjarmasin, Samarinda, dan Makassar. Sebanyak 42% merchant dalam riset ini mengatakan mereka telah memanfaatkan aplikasi pesan-antar makanan setidaknya dalam 12 bulan terakhir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: