Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kembangkan Produk Bambu Asal Garut, Menteri Teten: Saya Akan Colek Menteri-menteri Terkait

        Kembangkan Produk Bambu Asal Garut, Menteri Teten: Saya Akan Colek Menteri-menteri Terkait Kredit Foto: Kemenkop UKM
        Warta Ekonomi, Garut -

        Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan akan berkolaborasi dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan lembaga terkait lainnya, dalam membangun produk unggulan bambu dari daerah Garut.

        Adapun para perajin bambu Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, hingga kini masih tetap laju berkarya. Ada berbagai jenis kerajinan berbahan baku bambu yang diproduksi para perajin bambu di Selaawi. Di antaranya mebel, furnitur, peralatan dapur, kap lampu, keranjang, sangkar burung, ornamen-ornamen kafe atau restoran, serta yang lainnya.

        Bahkan, tidak hanya di pasar lokal dan nasional, produk bambu asal Selaawi juga sudah bisa menembus pasar internasional, seperti negara-negara Asia, Australia, dan juga Eropa. Untuk Asia, negara yang sudah menjadi langganan di antaranya Thailand, Singapura, dan Korea. Bahkan, untuk kap lampu, sudah sejak tiga tahun yang lalu rutin dikirim ke rumah makan yang ada di Singapura. 

        "Saya akan colek menteri-menteri terkait lain untuk kerja sama mengembangkan produk bambu asal Selaawi, Garut," ungkap Teten pada acara pembukaan Selaawi Bamboo Festival 2021 di Gedung Selaawi Bamboo Creative Center (SBCC), Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Sabtu (18/12/2021). Baca Juga: Sambut Hari Koperasi, Kemenkop UKM Gelar Pameran Produk Koperasi Virtual Expo 2021

        Pasalnya, bambu memang merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. “Apalagi, banyak kerajinan berbahan dasar bambu yang ketika diolah bisa memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi," jelas Teten.

        Selain itu, lanjut Menteri Teten, bambu adalah salah satu produk hasil hutan bukan kayu (HHBK). Di mana nilai HHBK dapat mencapai 90% dari nilai hasil hutan. Sementara, kayu yang selama ini identik menjadi hasil utama kehutanan, sebenarnya hanya menyumbang 10% dari produksi hasil kehutanan. 

        "Lebih dari itu, secara ekologis, bambu dapat menjadi solusi atas adanya ancaman lingkungan dan dampak perubahan iklim," ungkap Teten. 

        Teten menyebutkan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah stimulus dan ekosistem usaha yang sehat untuk mendukung pemulihan dan transformasi ekonomi UMKM. Mulai dari BPUM, LPDB-KUMKM, KUR, kemitraan dalam rantai nilai BUMN dan usaha besar, hingga kepastian penyerapan produk melalui belanja pemerintah (pusat dan daerah), BUMN, swasta, dan masyarakat. 

        Salah satunya adalah IKEA yang nanti bisa menampung produk olahan bambu. Misalnya, lemari bambu yang dijual di IKEA dengan harga bisa lebih dari Rp3 juta. 

        Lebih dari itu, Teten berharap, gerakan kolektif petani bambu harus dilakukan melalui koperasi modern. Petani dan perajin harus berhimpun dalam koperasi agar mempunyai posisi tawar yang kuat dan masuk skala ekonomi.

        "Selain sebagai akses pembiayaan bagi petani, koperasi juga bisa sebagai offtaker pembeli pertama dari petani sehingga tercipta kepastian harga dan pasar. Itu bisnis model yang harus kita terapkan bagi para petani, termasuk petani bambu," ulas MenkopUKM. 

        MenKopUKM berharap Selaawi Bamboo Creative Centre atau pusat kreatif bambu Selaawi menjadi role model melahirkan inovasi baru produk olahan bambu agar ada nilai tambah. “Sehingga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat," tegas Teten. Baca Juga: Teten Sebut Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi Sebagai Prototype Ponpes Modern

        Di tempat yang sama, Pembina Yayasan Bambu Indonesia, yang juga Duta Besar RI untuk Ukraina, Georgia, dan Armenia, Yuddy Chrisnandi, menambahkan bahwa Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah bambu.  

        “Sebanyak 162 dari 1.450 jenis bambu di dunia, ada di Indonesia," kata Yuddy. 

        Yuddy pun mendukung penuh langkah Camat Selaawi akan ide-ide dan gagasannya dalam mengembangkan produk bambu sehingga bermanfaat bagi seluruh masyarakat Tatar Sunda, khususnya warga Selaawi.

        "Ke depan, akan ada Pusat Studi Bambu Nusantara di Selabintana, Sukabumi, yang 80% dari total lahannya merupakan hutan bambu. Karena, bambu merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang harus kita jaga dan kembangkan," ucap Yuddy.

        Bagi Wakil Bupati Garut Helmi Budiman, komoditi bambu sudah mampu mendukung kinerja Pemkab Garut. Bahkan, sudah menjadi komoditi utama bagi Provinsi Jabar.  

        “Kita akan terus kembangkan dan menjadikan Kecamatan Selaawi sebagai percontohan untuk pembibitan bambu," tukas Helmi.

        Dalam kesempatan yang sama, Camat Selaawi Ridwan Effendi mengungkapkan bahwa ajang festival bambu ini sebagai wujud penguatan produk unggulan lokal berbasis kawasan. “Selaawi akan menuju Kota Bambu," tandas Ridwan.

        Di samping itu, pameran produk kreatif bambu ini juga diharapkan dapat terjalin kerja sama antar-komunitas bambu, hingga membuka peluang usaha dan pasar lebih luas. 

        "Yang tak kalah penting adalah membangun kesadaran ekologi lingkungan bila menanam bambu. Termasuk mampu meningkatkan daya saing ekonomi kawasan pedesaan, khususnya Kecamatan Selaawi," pungkas Ridwan. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: