Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Samsak Tinju di Thailand Berisi Sabu Rp425 Miliar, Petugas Dibikin Bingung

        Samsak Tinju di Thailand Berisi Sabu Rp425 Miliar, Petugas Dibikin Bingung Kredit Foto: Antara/Asprilla Dwi Adha
        Warta Ekonomi, Bangkok -

        Pihak berwenang Thailand berhasil menyita metamfetamin kristal dengan nilai pasaran mencapai hingga hampir USD 30 juta (Rp425,8 miliar). 

        Seperti diungkap para pejabat pada Kamis (23/12/2021), sabu miliaran rupiah itu ditemukan di dalam karung tinju atau samsak buatan Thailand, dengan tujuan pengiriman Australia.

        Baca Juga: Dibongkar Orang Gerindra! Begini Dampak Bandara Dijual ke Asing: Penyelundupan Narkoba Lebih Mudah

        Petugas bea cukai memeriksa pengiriman itu usai merasa curiga lantaran peralatan pelatihan tinju itu tidak banyak diminati di Australia. Keterangan ini dikuak selama konferensi pers di Bangkok, baik oleh pejabat Thailand dan Australia yang menyelidiki masalah tersebut.

        Menurut para pejabat itu, sitaan metamfetamin kristal atau juga dikenal sebagai es mencapai hingga lebih dari 193 kilogram (425 pon). Ratusan kilogram obat-obatan terlarang ini dijejalkan di antara 15 kantong berbeda.

        Dikelilingi oleh kamera, seorang petugas bea cukai Thailand mengiris sebuah kotak kardus panjang dan kemudian lapisan luar karung tinju yang berwarna merah. Pejabat itu lalu memperlihatkan isinya yang di antaranya berupa obat-obatan yang tersembunyi.

        "Australia mengonsumsi sekitar 11 ton metamfetamin per tahun, jadi memang ada pasar untuk itu. Tapi, menyelipkan perdagangan semacam itu di negara-negara lain seperti Thailand adalah hal yang fantastis," ungkap Penjabat Inspektur Angkatan Perbatasan Australia Joel Carruthers.

        Namun, Segitiga Emas telah memiliki sejarah panjang sebagai daerah penghasil obat-obatan terlarang. Segitiga Emas adalah kawasan di bagian utara Asia Tenggara yang meliputi Myanmar, utara Laos dan bagian utara Thailand.

        Kawasan itu disebut 'emas' karena kekayaannya berasal dari emas hitam atau opium. Kawasan ini pun disebut-sebut menjadi produsen candu serta heroin yang paling utama di Asia Tenggara.

        Segitiga Emas juga menjadi pusat produksi besar-besaran untuk stimulan jenis amfetamin. Ini terutama metamfetamin, yang digunakan oleh sindikat kejahatan Asia dengan jaringan distribusi sampai ke Jepang hingga Selandia Baru.

        Produksi metamfetamin khususnya telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir, menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC). Selama pandemi virus corona, kartel narkoba Asia membanjiri pasar dengan narkotika sintetis senilai puluhan miliar dolar bahkan ketika ekonomi global terhenti.

        Kata UNODC, dari tahun 2019-2020, penyitaan sabu di Asia Timur dan Tenggara melonjak sampai 19 persen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: