Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Diprediksi Akan Tumbuh Positif Pertumbuhan Ekonomi, Ini Tantangan di 2022

        Diprediksi Akan Tumbuh Positif Pertumbuhan Ekonomi, Ini Tantangan di 2022 Kredit Foto: Djati Waluyo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kondisi pertumbuhan ekonomi global maupun Indonesia yang positif pada 2021 membuat tone positif untuk pertumbuhan ekonomi di 2022.

        Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Ferry Irawan mengatakan, positifnya pertumbuhan ekonomi dunia maupun indonesia pada 2021 harus dimanfaatkan dengan baik.

        Baca Juga: BI Perkirakan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5% pada 2022

        "Pertumbuhan ekonomi global baik 2021 maupun 2022 maka itu tone-nya sangat positif, tentu tone positif ini tentu memberikan peluang bagi kita untuk memperoleh manfaatnya bisa dari ekspor maupun dari yang lain," ujar Ferry dalam Webinar Economic & Business Outlook 2022: Structural Reforms For Future Economics and Business Resilience, Kamis (20/1/2022).

        Meski memiliki tone positif, pertumbuhan ekonomi pada 2022 masih akan menghadapi beberapa tantangan seperti varian Covid-19 yang berasal dari Afrika Selatan yaitu Omicron.

        Walaupun tidak seganas varian Delta yang membuat tingkat kematian dan penyebaran yang cukup tinggi pada periode Juni hingga Agustus 2021, namun masyarakat maupun pemerintah harus tetap waspada.

        "Kalau kita lihat tingkat penyebaranya lebih tinggi dibandingkan dengan delta yang memang sudah melanda sebelumnya tetapi tingkat kritisnya jauh lebih rendah tetapi ini perlu perhatian bagi kita dan presiden sudah memberikan arahan bahwa kita tetap perlu waspada tapi jangan ambil sikap yang berlebihan," ujarnya. 

        Bukan hanya varian Omicron, pertumbuhan ekonomi dunia maupun Indonesia juga menghadapi krisis energi dqn kenaikan inflasi di beberapa negara.

        Dua hal tersebut tentunya mempunyai implikasi terhadap tingkat inflasi di indonesia, inflasi di beberapa negara tersebut didasari oleh semakin cepatnya perekonomian di berbagai negara ini yang mendorong tingkat inflasi meningkat.

        "Misalnya AS, UK, Korsel dst tentu sebagai perekonomian terbuka yang kita mengambil sebagian bahan baku kita atau bahan pangan kita tentu juga akan terimplikasi dan ini juga sedang kami cermati bagaimana transmisi dari kenaikan inflasi global lalu kemudian masuk ke dalam perekonoman kita," jelasnya.

        Ferry mengatakan jika dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat inflasi di Indonesia masih stabil di angka 1,9 persen, dengan begitu ia memastikan untuk tetap menjaga tingkat inflasi di level yajg ditetapkan oleh pem3rintah.

        "Di 2022 bisa pada level  stabil juga atau berada di target rentan yang telah ditetapkan pemerintah, tingkat inflasi yang rendah dan stabil ini tentu kita bisa membuka ruang bagi pemulihan ekonomi yang memang sudah swjak kuartal II sudah keliatan," paparnya.

        Ferry melanjutkan, Tapering Off The Fed yang berpotensi menaikan suku bunga pada Maret 2022 juga menjadi perhatian khusus yang akan berimplikasi terhadap nilai tukar Rupiah. 

        "Capital inflow yang bisa masuk ke perekonomian kita, ini tentu tantangan yang mana kita perlu menyiapkan berbagai strategi yang kita harapkan bisa memitigasi potensi risiko tersebut," ujarnya.

        Meski begitu, ia tetap optimis dengan pertumbuhan ekonomi 2022 berada di jalur yang tepat. Hal tersebut tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021 maupun kuartal III 2021 kita bisa tumbuh positif bahkan di kuartal 2 kita bisa tumbuh 7 persen.

        "Ini modal kuat kita untuk bisa tumbuh di 2022, untuk kuartal IV berbagai indikator tadi ini akan bisa tumbuh lebih baik dibandingkan kuartal III namun tidak setinggi kuartal II karena ada beberapa faktor di kuartal tersebut bisa tumbuh 7 persen," paparnya.

        Selain itu, ia menyebut juga ada beberap indikator yang memberikan keyakinan baik untuk kuartal ke 4 maupun untuk 2022 seperti  indeks keyakinan konsumen yang masih diatas 100 (118,3) persen.

        Kemudian PMI Manufactur yang masih ekspansi di level 53,5 persen, kemudian impor barang yoy sampai dengan desember masih double digit di 53,33 persen.

        "Artinya kedepan kita harapkan ada pergerakan dari industrinya untuk mengolah bahan baku tersebut kemudian utilisasi industri pengolahan relatid naik dibandingkan november 2021 mencapai 67,6 persen," ungkapnya.

        Sementara itu dari sisi eksternal, neraca perdaganagn Indonesia juga masih positif atau dengan kata lain 20 bulan berturut-turut mengalami surplus, begitupun dengan cadangan devisa juga masih sangat kuat untuk menopang resiliansi dari sektor eksternal kita.

        "Berbagai indikator ini memberikan keyakinan bahwa overall 2021 sangat bagus begitupun 2022," paparnya.

        Berdasarkan hal tersebut, Kemenko Perekonomian masih optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di rentan 3,7 hingga 4 persen pada 2021.

        "Sementara untuk 2022 itu di 5,2 persen, ini tentu tidak take for guaranted tentu perlu ada strategi maupun effort kita bersama untuk bisa mencapai target dan angka tersebut," tutupnya

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: