Ucapan Telak Cak Nun di Depan Puan dan Hasto PDIP, Sebut Presiden Sekarang Belum Tepat
Cendekiawan muslim Indonesia Muhammad Ainun Nadjib atau Cak Nun mencuri perhatian publik usai ceplas-ceplos di kandang banteng.
Ya, Cak Nun baru saja hadir untuk mengisi ceramah dan buka bersama dengan PDI Perjuangan di Gedung Utama Sekolah Partai PDIP di Lenteng Agung, Minggu (10/4/2022).
Baca Juga: Hari Ini Mahasiswa Geruduk Gedung DPR RI, Eh Puan Maharani Bilang Jangan Ada...
Dalam acara itu, turut hadir elite partai seperti Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah.
Cak Nun dalam ceramahnya banyak menyentil pemerintah utamanya menyinggung soal 3 periode masa jabatan presiden.
Cak Nun tampak minim basa-basi dalam menyampaikan ceramahnya. Ia to the point dengan topik yang ingin disampaikannya.
Mulanya Cak Nun memperingatkan negara-negara adikuasa di dunia bahwa Indonesia juga bangsa yang besar, kaya alamnya
Ada saatnya nanti Indonesia akan melampaui kemajuan negara-negara adikuasa tersebut.
“Wahai Amerika, Rusia, wahai negara-negara yang merasa kuat dan adikuasa, jangan kalian merasa benar-benar berkuasa,” ucap Cak Nun dalam ceramahnya.
Namun sayang kata Cak Nun, harapan tersebut belum bisa terwujud sekarang.
“Karena kami bangsa dengab peradaban yang punya skala waktu 18 generasi. Sehingga ilmu kita, manajemen kita akan melampaui kalian semua,” paparnya disambut tepuk tangan Hasto dan Puan yang duduk persis di sebelah Cak Nun.
Baca Juga: Ada Demo Mahasiswa, Siapa Sangka Begini Tanggapan Petinggi PDIP
“Cuman masalahnya sekarang presidennya belum tepat. Gitu aja,” sahut Cak Nun.
Ia lantas memohon maaf bahwa ucapannya tersebut menyinggung pemerintah.
“Mohon maaf ya saya bukan mengkritik. Tapi saya penasaran dengan kebesaran Indonesia yang tidak bisa kita wujudkan,” ungkapnya.
Cak Nun punya harapan besar setelah era pemerintah Jokowi atau sebelum 2024, bangsa ini mengalami revolusi besar dari dalam diri setiap anak bangsa.
“Bukan revolusi untuk menjatuhkan presiden dan penguasa. Revolusi yang dipimpin oleh presiden dan para sepuh,” cetusnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Adrial Akbar