Ade Armando Babak Belur Sampai Celananya Lepas, BNPT Duga Pelaku Pengeroyokan Terpapar Paham...
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ahmad Nurwakhid mengutuk keras aksi kekerasan yang dilakukan sekelompok orang terhadap pegiat media sosial yang juga dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando, pada aksi unjuk rasa mahasiswa di depan Gedung DPR, Senin (11/4). Dia menegaskan, kekerasan dan anarkisme di ruang publik seperti ini bukan cara masyarakat yang beradab, tetapi ciri kelompok ekstremisme yang pro kekerasan.
“Kekerasan dalam bentuk dan atas nama apa pun bukan cerminan sikap dan warisan leluhur bangsa ini serta nyata bertentangan dengan nilai-nilai agama. Kami secara tegas mengutuk cara-cara barbar yang dipentaskan sekelompok orang di ruang publik seperti ini,” tegas Nurwakhid, di Jakarta, Selasa (12/4).
Dalam video yang menampilkan kekerasan terhadap Ade Armando, sejumlah penggeroyok dengan lantang mengucapkan kalimat tauhid. Bahkan, sebagian lagi berteriak “halal darah” Ade Armando untuk dibunuh.
Baca Juga: Singgung Citra Buzzer, Rocky Gerung Blak-blakan Soal Penyebab Ade Armando Bisa Bonyok, Simak!
“Kekerasan atas nama apa pun, termasuk dengan cara membajak dan memanipulasi ajaran agama merupakan kejahatan yang harus dikecam dan dikutuk. Ini menjadi pelajaran bagi kita bersama, terkadang seseorang mudah mendalihkan kekerasan dan halal darah seseorang untuk kepentingan tertentu,” ucap Nurwakhid.
Cara berpikir seperti itu, menurutnya, memiliki kemiripan dengan pola pikir kelompok radikal. Mereka selalu melegitimasi segala tindakan kekerasan yang dilakukan dengan mempolitisasi dan memanipulasi dalil agama.
Dari narasi yang diumbar, Nurwakhid menduga kuat para pelaku kekerasan terhadap Ade Armando tersebut terpapar virus takfiri yang mudah mengkafirkan yang berbeda dan menghalalkan darah seseorang yang dianggap kafir. Pandangan takfiri merupakan salah satu karakteristik kelompok radikal terorisme selama ini.
“Kita sudah banyak belajar dari pengalaman kelompok teroris yang selalu membajak ajaran agama untuk tindakan kekerasan. Nampaknya, pola ini sudah memengaruhi masyarakat yang dengan mudah membawa dalil-dalil agama untuk membanggakan tindakan anarkisme ruang publik,” ucapnya.
Baca Juga: Ade Armando Bonyok Celananya Sampai Lepas, Analisa Refly Harun Nggak Main-main: Peringatan untuk…
Nurwakhid sangat menyesalkan anarkisme sekelompok orang tersebut dilakukan di tengah aksi massa dan dalam nuansa ibadah bulan suci Ramadan. Seharusnya, kata dia, umat Islam di bulan ini bisa menahan tidak hanya makan dan minum, tetapi mencegah dari segala tindakan keburukan, termasuk kekerasan.
“Ramadan ini mestinya harus dijadikan bulan untuk melakukan muhasabah dan pengendalian diri. Bukan malah memuaskan diri dengan hawa nafsu dan tindakan kekerasan. Kita harus berkomitmen cara-cara kekerasan tidak bisa ditoleransi dan diberikan ruang di negeri ini,” pungkasnya. [WUR]
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto