Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bikin Bergidik! Pengamat Sebut Politik Identitas Mulai Jadi Senjata di Indonesia

        Bikin Bergidik! Pengamat Sebut Politik Identitas Mulai Jadi Senjata di Indonesia Kredit Foto: Antara/Ardiansyah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dosen Ilmu Politik Ferry Daud Liando menyampaikan materi tentang pengaruh politik identitas pada Pemilu di Kantor Bawaslu Sulawesi Utara, Jumat 6 Mei 2022.

        Mengutip Beritamanado.com -- jaringan Suara.com, menurut Ferry Liando, politik identitas telah menjadi fenomena. Tetapi tidak hangat dipersoalkan. Karena motifnya tentang perjuangan kemanusiaan.

        Baca Juga: Geger Kasus Al-Quran Diinjak-Injak, PDIP: Memang Akhir Zaman...

        Semisal perjuangan kaum perempuan, buruh, dan keolompok etnik atau agama tertentu. Dalam pembentukan daerah otonom baru serta sejumlah partai politik berbasis keagamaan.

        Singkatnya, kata Liando, sebuah gerakan berlandaskan identitas dapat disebut politik identitas.

        “Awalnya politik identitas merupakan alat perjuangan politik membela kepentingan kelompok akibat penindasan dan ketidakadilan. Besaran UMP yang setiap tahun naik tidak terlepas dari perjuangan para serikat buruh seperti SBSI dan organisasi lain,” terang Liando.

        Ia mengatakan, kebijakan affirmative action 30 persen jumlah perempuan di DPRD, Parpol, dan penyelenggara pemilu tidak lepas dari perjuangan para aktivis perempuan.

        Baca Juga: Disebut Kadrun Gila Sama Ruhut Sitompul, Novel Bamukmin: Dasar Rasis dan Fasis!

        Bahkan, berdirinya Kabupaten Minahasa Selatan merupakan perjungkan etnik Tountemboan.

        Mulai Menakutkan

        Bagi Liando, politik identitas di Indonesia mulai berubah drastis bahkan kian menakutkan. Menyatukan yang serupa, dan memisahkan yang berbeda.

        Baca Juga: Ahok Sebut Orang-orang Zalim Kepadanya Sudah Dapat Balasan, Fahri Hamzah: Jangan Dipersonalisasi!

        “Kita adalah kita dan mereka adalah mereka dan kita berbeda. Mereka bukan yang lebih baik dari kita. Politik identitas seakan menjadi senjata memainkan sentimen agama, etnis, ras, dan gender untuk menggolkan agenda-agenda politik,” tegasnya.

        Liando menuturkan, politik identitas menjadi salah satu strategi kelompok-kelompok politik dalam memenangkan kompetisi.

        Modusnya adalah menyadarkan komunitas tertentu seolah-olah kelompok itu telah tertindas dan diperlakukan secara tidak adil.

        Lanjut Liando, tema-tema kebencian makin menggelorakan semangat kelompoknya bersatu dan melawan.

        Baca Juga: Bukan Cari Suara, Ternyata Ini Tujuan Sebenarnya Safari Politik Prabowo Jelang Pilpres 2024!

        Dikatakan, sikap politik pemilih akhirnya tidak lagi memilih berdasarkan kualitas calon. Melainkan dipengaruhi oleh kesamaan identitas calon dengan pemilih itu.

        “Keputusan memilih bukan karena atas dasar kesenangan pada calon yang dipilih. Tetapi karena calon yang lain berbeda identitas dengannya. Tentu ini menjadi berbahaya bagi demokrasi elektoral kedepan,” terangnya.

        Liando menegaskan, dua cara yang bisa dilakukan mencegah politik identitas adalah membatasi jumlah parpol peserta pemilu, dan mengurangi atau menghapus syarat ambang batas pencalonan presiden.

        Baca Juga: Rocky Sebut Jualan Kampanye Ganjar Cuma soal Radikalisme: Perbaiki Kemiskinan Supaya Tidak Tumbuh

        Menurutnya, jumlah parpol yang terlalu banyak menyebabkan ada yang membuat branding bernuansa identitas SARA untuk memobilisasi pendukung dan memusuhi yang lain berdasarkan perbedaan SARA.

        “Kemudian tingginya syarat ambang batas pencalonan presiden menyebabkan terjadinya dua polarisasi dukungan,” tandasnya.

        Politik identitas dalam literatur ilmu politik sebetulnya merupakan alat perjuangan memobilisasi komunitas yang memiliki kepentingan sama untuk memperjuangkan lahirnya sebuah keputusan atau kebijakan publik yang berpihak pada komunitas tertentu.

        Baca Juga: Beberkan Soal Isi Pertemuan AHY dan Airlangga, Potensi Koalisi Demokrat dan Golkar?

        Namun belakangan, politik identitas kerap dimanfaatkan oleh aktor-aktor politik demi kepentingannya sendiri.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: