Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        WHO Sebut Cacar Monyet Tidak Bakal Jadi Pandemi, tapi Pakar Bilang...

        WHO Sebut Cacar Monyet Tidak Bakal Jadi Pandemi, tapi Pakar Bilang... Kredit Foto: Reuters/CDC/Cynthia S. Goldsmith, Russell Regnery
        Warta Ekonomi, Jenawa -

        Ratusan kasus cacar monyet yang saat ini muncul secara global diyakini tidak akan berubah menjadi pandemi lain. 

        Pakar penyakit cacar monyet dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Rosamund Lewis, mengungkap hal itu pada Senin (30/5/2022). Namun, Lewis turut mengakui bahwa masih ada banyak hal yang belum diketahui tentang fenomena baru dari penyakit tersebut.

        Baca Juga: Perhatian, WHO Siarkan Kabar Soal Ancaman Cacar Monyet, Semoga Indonesia Gak Kena Imbasnya

        Ini termasuk bagaimana pastinya virus itu bisa menyebar baru-baru ini, dan apakah penangguhan imunisasi cacar massal beberapa dekade lalu mungkin telah mempercepat transmisi dari penyakit tersebut.

        Menurut Lewis juga, sangat penting untuk menekankan bahwa sebagian besar kasus yang terlihat di lusinan negara secara global terjadi pada gay, biseksual, atau laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Jadi, para ilmuwan perlu mempelajarinya lebih lanjut, serta diharapkan agar populasi yang berisiko bisa mengambil tindakan pencegahan.

        Kendati begitu, Lewis tetap memberi peringatan bahwa siapa pun berpotensi berisiko terkena cacar monyet, terlepas dari orientasi seksual mereka.

        "Sangat penting untuk menjelaskan hal ini karena tampaknya ada peningkatan dalam cara penularan yang mungkin kurang dikenali di masa lalu," kata Lewis, yang saat ini menjadi pimpinan teknis WHO untuk cacar monyet atau 'monkeypox'.

        Penyakit langka itu, yang menyebar di negara non-endemik pertama kali ditemukan pada pria gay dan biseksual. Namun, sependapat dengan Lewis, pakar lain menunjukkan bahwa hal itu mungkin merupakan 'kebetulan'. Ahli pun menegaskan bahwa penyakit itu juga dapat dengan cepat menyebar ke kelompok lain jika tidak diatasi. 

        Sejauh ini, lebih dari 250  kasus telah dilaporkan oleh 23 negara yang sebelumnya belum pernah terkena cacar monyet.

        Terkait wabah itu, belum segera diketahui apakah cacar monyet ditularkan melalui hubungan seks atau hanya kontak dekat antara orang-orang yang melakukan aktivitas seksual. 

        "Belum diketahui apakah virus ini mengeksploitasi cara penularan baru, tapi yang jelas virus ini terus mengeksploitasi cara penularan yang sudah dikenal, yaitu kontak fisik dekat. Cacar monyet diketahui bisa menyebar ketika ada kontak fisik yang dekat dengan orang yang terinfeksi atau dengan pakaian atau seprai pasien," terang Lewis sembari menggambarkan bahwa ancaman  penyakit itu terhadap populasi umum adalah 'rendah'.

        Imbas penangguhan imunisasi cacar massal

        Lewis telah memperingatkan bahwa di antara kasus-kasus yang saat ini muncul, ada kecenderungan bahwa individu yang memiliki lebih sedikit lesi, gejala terkonsentrasi di daerah genital. Imbasnya, tanda ini kadang-kadang hampir mustahil untuk dilihat.

        "Anda mungkin memiliki lesi ini selama dua hingga empat minggu (dan) mungkin tidak terlihat oleh orang lain, tetapi Anda mungkin masih menularkan," katanya, seperti dikutip dari VOA.

        Baca Juga: Cara Menghindar dari Cacar Monyet

        Pekan lalu, seorang penasihat utama WHO mengatakan bahwa wabah di Eropa, AS, Israel, Australia, dan sekitarnya kemungkinan terkait dengan seks di dua pesta yang baru-baru ini dilangsungkan di Spanyol dan Belgia.

        Jika itu terkonfirmasi, maka itu telah menandai anomali yang signifikan dari pola penyebaran cacar monyet, sebuah infeksi yang menjadi khas di Afrika tengah dan barat. Di wilayah-wilayah endemik itu, orang-orang kebanyakan justru terinfeksi oleh hewan seperti binatang pengerat dan primata liar.

        Sementara diketahui, epidemi-epidemi ini belum menyebar melintasi perbatasan.

        Kasus-kasus cacar monyet yang terjadi sebelumnya di Afrika tengah dan barat juga dilaporkan relatif terkendali. Kendati begitu, kata Lewis, masih belum jelas apakah individu yang terinfeksi tanpa gejala bisa menularkan virus, atau apakah penyakit itu bisa ditularkan melalui udara, seperti campak atau Covid-19.

        Untuk wabah saat ini, belum ada kematian yang dilaporkan.

        Kebanyakan pasien cacar monyet hanya mengalami demam, nyeri tubuh, kedinginan, dan kelelahan. Orang dengan penyakit yang lebih serius dapat mengalami ruam dan luka pada wajah dan tangan yang kemudian bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. 

        Cacar monyet terkait dengan cacar, tetapi memiliki gejala yang lebih ringan. Setelah cacar dinyatakan musnah pada tahun 1980, negara-negara menangguhkan program imunisasi massal mereka.

        Baca Juga: Masyarakat Perlu Edukasi Dini Terkait Cacar Monyet, Ini Sebabnya

        Oleh beberapa ahli, langkah itu diyakini telah membantu penyebaran cacar monyet, lantaran sekarang hanya ada sedikit kekebalan yang tersebar luas terhadap penyakit terkait; vaksin cacar juga protektif terhadap cacar monyet.

        Menurut Lewis, akan 'disayangkan' jika cacar monyet akhirnya 'mengeksploitasi kesenjangan kekebalan' yang ditinggalkan oleh cacar 40 tahun yang lalu. Kendati begitu, menurutnya, masih ada kesempatan untuk menutup wabah sehingga penyakit itu tidak bercokol di daerah baru.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: