- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Co-firing Diklaim Jadi Tumpuan Utama Transisi Energi bagi Negara Agraris
Upaya pemerintah untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 terus didorong oleh pihak terkait, salah satu langkahnya adalah dengan menurunkan penggunaan pembangkit berbasis fosil.
Sebagai perusahaan yang memproduksi listrik nasional, bagi PT PLN (Persero), NZE menjadi tantangan sendiri, untuk itu perusahaan listrik negara tersebut terus mencoba langkah akselerasi penurunan emisi karbon dengan cara memasifkan teknologi co-firing di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan penggunaan biomassa dalam PLTU merupakan salah satu langkah strategis untuk mengurangi emisi karbon.
Baca Juga: Targetkan Bauran EBT 23 Persen pada 2025, PLN Telah Realisasikan Bauran EBT 12 Persen hingga 2022
Dadan mencontohkan jika pengembangan EBT lain sangat bergantung pada kondisi alam. Namun, dengan biomassa, ini sangat bergantung pada SDM pengelola. Sehingga dari sisi ketahanan dan jaminan pasokan sumber energi bisa lebih terjamin.
"Saya yakin teknologi co-firing ini bisa menjadi tumpuan utama. Apalagi, Indonesia sebagai negara agraris yang secara kemampuan maupun ketersediaan lahan sangat bisa dikembangkan," ujar Dadan dikutip dari siaran pers, Jumat (1/7/2022).
Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan roadmap penurunan emisi di sektor pembangkit listrik terus dilakukan PLN. Apalagi dengan teknologi Co-firing yang juga berbasis ekonomi kerakyatan.
Dengan kata lain, masyarakat terlibat aktif dalam pengelolaan sampah atau limbah menjadi biomassa ataupun terlibat aktif dalam mengelola hutan energi sebagai bahan baku biomassa.
"Kalau batu bara kan kita bicara bisnis secara korporasi. Tapi kalau kita bicara biomassa maka ini bicara ekonomi kerakyatan," ujar Darmawan.
Darmawan mencontohkan misalnya, ada banyak lahan tandus di Indonesia yang apabila ditanami palawija saja tidak mendukung ekonomi masyarakat. Maka, PLN melihat peluang lahan tandus ini bisa ditanam tanaman seperti kaliandra ataupun jenis tanaman energi lainnya yang diolah menjadi biomassa.
"Di Pulau Jawa ada 800 ribu hektare tanah kering. Ini masih bisa dimanfaatkan untuk energi biomassa. Ini bisa menjadi titik ekonomi baru dan membangun kekuatan rakyat dalam meningkatkan produksi energi. Kita menciptakan lapangan kerja dan kita juga jaga lingkungan," ujarnya.
Diketahui, PLN bakal menerapkan teknologi co-firing pada 52 PLTU yang total kapasitasnya 18 gigawatt (GW), di mana kebutuhan pasokan bahan bakar biomassa yang akan mensubtitusi sebagian batubara pada tahun 2025 sebesar 10,2 juta ton per tahun. Melalui program ini PLN bisa menurunkan emisi karbon sampai 11 juta ton CO2.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti