Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pedas! Sebut Biden Ngantuk, Ancaman Amerika Dibalas Santai Jenderal Iran: Awasi Celana Tentara Anda, Bisa Mengompol di Teluk Persia

        Pedas! Sebut Biden Ngantuk, Ancaman Amerika Dibalas Santai Jenderal Iran: Awasi Celana Tentara Anda, Bisa Mengompol di Teluk Persia Kredit Foto: Reuters/Morteza Nikoubazl
        Warta Ekonomi, Teheran -

        Militer Iran memperingatkan Amerika Serikat dan Israel pada Jumat (15/7/2022) agar tidak mengancam Teheran dengan kekuatan, lapor media negara itu. 

        "Amerika dan Zionis (Israel) tahu betul harga untuk menggunakan kata 'kekuatan terhadap Iran'," Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi, juru bicara angkatan bersenjata Iran, seperti dikutip oleh media pemerintah.

        Baca Juga: Nasib Amerika dan Sekutunya Bisa Diprediksi Usai Ancaman dari Presiden Iran Dikumandangkan

        "Biden pasti mengantuk ketika dia mengancam Iran. Awasi celana tentara Anda --mereka mungkin basah di Teluk Persia!" katanya, menambahkan, dilansir Reuters.

        Iran berbalik mengancam setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan dia akan menggunakan kekuatan sebagai upaya terakhir untuk mencegah Teheran mendapatkan senjata nuklir.

        Ditanya oleh televisi Israel minggu ini apakah pernyataan masa lalunya bahwa dia akan mencegah Teheran mendapatkan senjata nuklir berarti dia akan menggunakan kekuatan terhadap Iran, Biden menjawab, "Jika itu adalah pilihan terakhir, ya."

        Pada Kamis, Biden dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid menandatangani janji bersama untuk menolak senjata nuklir Iran, sebuah langkah nyata untuk mengakomodasi seruan Israel untuk "ancaman militer yang kredibel" oleh kekuatan dunia.

        Iran membantah mencari senjata nuklir, dengan mengatakan bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai.

        Teheran mencapai kesepakatan dengan enam kekuatan utama pada tahun 2015 di mana ia membatasi program pengayaan uraniumnya untuk mempersulit pengembangan senjata nuklir dengan imbalan bantuan dari sanksi internasional.

        Presiden AS Donald Trump mengingkari kesepakatan pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran, mendorong Teheran untuk mulai melanggar batas nuklir perjanjian sekitar setahun kemudian.

        Upaya diplomatik untuk menghidupkan kembali kesepakatan sejauh ini gagal.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: