Brigadir J dan Bharada E Adu Tembak, Reputasi Polri Lebih Besar daripada Melindungi Pati Polri
Bagaimana kejadian sebenarnya meninggalnya Brigadir J, anggota Brimob yang bertugas sebagai sopir pribadi istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo masih gelap, simpang siur, dan penuh teka teki.
Penjelasan demi penjelasan yang disampaikan pihak Polri berubah-ubah, ini yang membuat publik semakin heran, bagaimana institusi yang mengedepankan slogan presisi ini menjadi sama sekali tidak profesional.
Baca Juga: Arief Poyuono Ikut Tanggapi Kasus Brigadir J, Sampai Meminta Ini
Sejak tewasnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) dengan berbagai luka yang terdapat pada tubuhnya baik luka tembakan maupun luka sayatan benda tajam membuat publik gempar.
Video keluarga Brigadir J di Jambi dilarang membuka peti mayat anaknya oleh petugas kepolisian membuat publik semakin marah. Ada apa sebenarnya dengan institusi ini.
Jika itu dilakukan untuk anggotanya sendiri, lalu bagaimana jika itu menimpa masyarakat sipil, bukankah akan semakin parah?
Suara untuk mengungkap kasus ini secara tranparan dan terang benderang langsung datang dari Menkopolhukam Mahfud MD yang sedang berada di tanah suci Arab Saudi. Mahfud MD yang juga menjabat sebagai ketua Kompolnas meminta sekretaris Kompolnas Benny Mamoto untuk mengawasi kasus ini.
Kejanggalan dari kasus penembakan ini memang sudah tercium dari awal. Bagaimana kejadiannya dikatakan terjadi pada Jumat (8/7/2022) tetapi baru diumumkan kejadiannya oleh pihak Polri pada Senin (11/7/2022).
Alasannyanya pun cukup aneh karena ada hari raya Iduladha. Dari penjelasan waktu sudah membuat masyarakat mulai bertanya-tanya.
Ketika media melakukan peliputan di sekitar TKP juga banyak hal janggal yang ditemui dari matinya CCTV baik di tempat kejadian perkara (TKP) maupun di pintu masuk kompleks yang merupakan kompleks kepolisian.
Ketua RT setempat yang juga merupakan seorang pensiunan jenderal polisi juga sama sekali tidak mengetahui terjadinya peristiwa penembakan yang menewaskan Brigadir J tersebut.
Baca Juga: Pakar Psikologi Forensik Buka-Bukaan Soal Kasus Brigadir J, Ternyata...
Saat media mengunjungi kompleks tersebut ternyata wartawan juga mendapat intimidasi dari beberapa orang yang bahkan sampai menghapus rekaman rekaman yang diambil. Ini semakin menguatkan bahwa ada yang ingin berusaha menutupi kasus ini agar tidak diketahui oleh publik.
Publik berharap bahwa kasus tewasnya Brigadir Yosua ini dibuka seterang-terangnya jangan ada yang ditutupim, karena yang dipertaruhkan dalam perkara ini adalah nama institusi kepolisian. Jangan sampai untuk melindungi pejabat tinggi (Pati) kepolisian maka penyelesaian kasus ini dilakukan secara tidak profesional.
Jabatan seseorang akan ada batas akhirnya termasuk para pejabat kepolisian tapi institusi kepolisian selama Republik ini ada maka institusi kepolisian akan tetap ada.
Publik sangat berharap kepada TGPF yang telah dibentuk agar bekerja secara jujur dan profesional, karena terlalu besar taruhannya jika harus menutup nutupi fakta yang sebenarnya terjadi hanya untuk melindungi pihak tertentu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto