Wanita dari Suku Pedalaman India Punya Suara Meyakinkan buat Jadi Presiden, Ini Dia Sosoknya
Draupadi Murmu, politikus wanita dari komunitas suku pedalaman di India tengah mendapat cukup banyak kursi di legislatif federal, usai legislator memberikan suaranya untuk memilih presiden berikutnya.
Wanita yang diusung Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, diperkirakan akan menang karena negara-negara bagian cenderung mendorong kandidat yang disukai partai tersebut, lapor Al Jazeera.
Baca Juga: Bertemu Menlu RI, Menlu India Dukung Penuh Indonesia Pegang Presidensi G20
Murmu (64) dari suku Santhal juga kemungkinan besar akan mendapat dukungan dari partai-partai daerah lain di majelis negara. Jika terpilih, Murmu akan menjadi presiden suku pertama dan presiden wanita kedua India, setelah Pratibha Patil.
Sementara itu, Ram Nath Kovind, yang menjadi petahana, adalah presiden kedua negara itu. Kovind berasal dari komunitas Dalit yang terpinggirkan, yang berada di ujung terendah dari hierarki kasta yang kompleks di India, Pakistan, dan Bangladesh.
Namun, Kovind, yang berusia 76 tahun, juga merupakan rekan lama Rashtriya Swayamsevak Sangh (Korps Relawan Nasional). Ini merupakan kelompok nasionalis Hindu sayap kanan yang telah lama dituduh memicu kebencian agama terhadap Muslim. Kovind menjabat sebagai presiden sejak 2017.
BJP, yang parlemennya diketuai PM Narendra Modi telah memproyeksikan Murmu sebagai pemimpin yang mewakili masyarakat suku miskin, yang umumnya kekurangan fasilitas kesehatan dan pendidikan di desa-desa terpencil.
Murmu memulai kariernya sebagai guru di negara bagian timur Odisha sebelum terjun ke dunia politik. Dia telah memegang posisi menteri di pemerintahan negara bagian tersebut, dan menjadi gubernur negara bagian tetangga Jharkhand.
"Ia telah mengabdikan hidupnya untuk melayani masyarakat dan memberdayakan orang yang miskin, tertindas serta terpinggirkan," kata Modi menulis di Twitternya, setelah pencalonan Murmu diumumkan bulan lalu.
Lawan utama Murmu untuk kepresidenan adalah politisi veteran dan pemberontak BJP, Yashwant Sinha. Sinha sendiri pernah menjabat sebagai mantan menteri keuangan dan urusan luar negeri yang telah didukung oleh oposisi yang terpecah.
Sinha (84), hengkang dari BJP menyusul perbedaan pendapat dengan Modi tentang masalah ekonomi pada 2018. Ia pun kini dikenal sebagai kritikus yang vokal terhadap pemerintah Modi.
"Pemilihan presiden tahun ini bukanlah kontes antara dua individu tetapi dua ideologi.
Baca Juga: Presiden Jokowi dan Narendra Modi Bahas Penguatan Kerja Sama Pangan
"Hanya satu pihak yang ingin melindungi ketentuan dan nilai-nilai yang diabadikan dalam konstitusi kita," kata Sinha mentweet selama akhir pekan.
Suara dari pemilihan hari Senin akan dihitung pada Kamis (21/7) waktu setempat.
Presiden India dipilih oleh hampir 5ribu anggota terpilih dari majelis parlemen dan legislatif regional di seluruh negeri.
Setiap suara mereka ditimbang menurut ukuran daerah pemilihan masing-masing, dan mereka mengurutkan kandidat berdasarkan preferensi.
Jika tidak ada yang mendapat dukungan lebih dari 50 persen, kandidat dengan skor terendah dieliminasi dan suara mereka didistribusikan kembali sampai seseorang mencapai syarat suara yang ditentukan.
Di India, PM memegang kekuasaan eksekutif dan peran presiden sebagian besar bersifat seremonial.
Namun, posisi kepala negara bisa menjadi sangat penting, terutama selama masa ketidakpastian politik seperti parlemen gantung, atau ketika kantor kepresidenan mengambil alih kekuasaan yang lebih besar. Presiden memainkan peran pemandu dalam proses pembentukan pemerintahan.
Seorang presiden India juga dapat membalikkan beberapa Rancangan Undang-undang parlemen untuk dipertimbangkan kembali oleh para legislator.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: