Sekjen KLHK Bersama IKA PIMNAS Tanam Mangrove Demi Pulihkan Ekosistem Pesisir di Tana Tidung
Pemerintah secara konsisten terus mendorong upaya-upaya rehabilitasi ekosistem mangrove dengan melibatkan semua pihak terkait, tarutama masyarakat di seluruh provinsi di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sekaligus Ketua Umum Ikatan Alumni Pelatihan Kepemimpinan Nasional (IKA PIMNAS) Bambang Hendroyono bersama Gubernur Kaltara, Zainal A Paliwang, berserta rombongan IKA PIMNAS dan masyarakat menanam 3.000 mangrove di Desa Bebatu, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung (KTT), Kalimantan Utara, Sabtu (13/8/2022).
"Upaya pemulihan lingkungan melalui rehabilitasi mangrove ini menjadi agenda utama Bapak Presiden, sekaligus upaya untuk mengurangi emisi. Jadi kegiatan kita hari ini sebagai contoh, bahwa kita bukan hanya janji terhadap komitmen untuk mengurangi emisi tapi kita mengerjakannya dan melaksanakannya," kata Bambang Hendroyono, mengutip sebagaimana dalam rilisnya.
Baca Juga: Menteri LHK Siti Nurbaya: Capai Target NDC 2030, 5 Kementerian Ini Berkolaborasi
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang sekitar 95.181 km, memiliki mangrove seluas +3,36 juta hektar yang merupakan terluas di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan Peta Mangrove Nasional (PMN) tahun 2021, sebaran ekosistem mangrove tersebut terdiri dari 2.661.281 ha dalam kawasan dan 702.799 ha di luar kawasan. Namun, sebagian ekosistem mangrove tersebut mengalami kerusakan, untuk itu pemerintah Indonesia terus melakukan upaya rehabilitasi.
Presiden Joko Widodo telah memberikan mandat untuk merehabilitasi mangrove seluas 600.000 hektare dalam kurun waktu 2021–2024. Mewujudkan mandat tersebut, pemerintah memfokuskan rehabilitasi mangrove di 9 provinsi prioritas, salah satunya di Kalimantan Utara.
"Target kita dalam tiga tahun ke depan merehabilitasi seluas 600.000 hektare dari total luas hutan mangrove Indonesia, yang merupakan hutan mangrove terbesar di dunia, yaitu seluas 3,6 juta hektare," tambah Bambang.
Dijelaskan Bambang rehabilitasi mangrove bukan hanya sekedar menanam, akan tetapi dengan memperhatikan bentang alam/lanskap mangrove. Bentang alam/lansekap mangrove, yaitu sistem ekologi-sosial yang terdiri dari mosaik ekosistem alami dan buatan manusia dengan karakteristik konfigurasi topografi, vegetasi, penggunaan lahan dan pemukiman sebagai hasil proses ekologi, sejarah, serta proses ekonomi, sosial dan aktivitas manusia di area tersebut.
Gubernur Kaltara Zainal A Paliwang sangat mengapresiasi terhadap gerakan menanam mangrove ini. Karena menurutnya akan memberikan banyak dampak dan manfaat yang positif bagi masyarakat. Terlebih Kaltara beberapa waktu lalu ditunjuk langsung Presiden Jokowi untuk dijadikan sebagai salah-satu kawasan hutan mangrove terluas di Indonesia.
“Jadi saya mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih, karena melalui agenda penanaman mangrove ini, semakin menguatkan komitmen provinsi Kalimantan Utara terhadap peningkatan kualitas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,” ungkapnya.
Hutan mangrove mempunyai keistimewaan dalam berbagai hal, baik dari aspek fisik, ekologi, dan ekonomi. Menurut beberapa penelitian, hutan mangrove mampu menyerap emisi karbon sebesar 4- 5 kali lebih besar dari pada hutan daratan. Oleh karena itu meskipun Indonesia hanya memiliki luas hutan mangrove +2,0% dari total hutan kita, namun mampu menyimpan carbon sebesar 10% dari semua emisi yang ada.
“Kita juga tentu menyadari bahwa, mangrove juga merupakan salah satu ekosistem esensial di dunia yang mendukung sektor perikanan, mengurangi erosi pantai, banjir, menjaga kualitas air pesisir, konservasi keanekaragaman hayati, penyimpanan karbon dan menyediakan bahan-bahan alami penting dan menjadi sumber mata pencaharian bagi jutaan orang,” pungkas Gubernur.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: