Pengamat politik Rizal Fadillah menilai rakyat sudah tak bisa bersabar lagi dan menoleransi kemampuan Presiden Jokowi dalam mengelola kesejahteraan masyarakat.
"Terlalu lama rakyat mengelus dada. Negara terus menjadi mainan, taruhan, dan batu loncatan. Untuk menumpuk kekayaan dan mempertahankan kekuasaan," kata Rizal dalam keterangannya.
Kenaikkan harga BBM sudah jadi titik mendidih rakyat karena itu akan langsung mencekik leher rakyat.
"Sebenarnya ketika menyatakan kenaikan BBM adalah keputusan sulit, maka itu artinya kibaran bendera putih. Presiden Jokowi yang sudah tidak mampu lagi. Program BLT langsung subsidi BBM adalah tipu dari seribu tipu, bohong dari sejuta bohong," jelasnya.
Rizal pun menagih tangisan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani saat era SBY menaikkan harga BBM.
"Mana Megawati dan Puan Maharani dulu yang menangis (berpura-pura) membela rakyat. Tangis kegembiraan sebagai langkah menuju tampuk kekuasaan. Kini Jokowi bersama rezimnya termasuk barisan Megawati dan Puan Maharani sangat tega menaikkan harga BBM yang dipastikan semakin menyengsarakan rakyat," jelasnya.
Ia menilai sudah saatnya Jokowi untuk turun karena sudah menyerah mengelola kebutuhan rakyat. Rizal juga menagih mana Jokowi yang pernah bilang harga BBM tak akan naik sampai akhir tahun 2022.
"Hukum politik harus berlaku, naik BBM adalah turun Jokowi. Pada tanggal 13 Juli 2022 Presiden Jokowi menjamin bahwa sampai akhir tahun 2022 harga BBM tidak akan naik mengingat harga BBM dunia juga sedang turun. Tetapi baru bulan September 2022 ternyata harga BBM telah dinaikannya. Perubahan putusan yang sangat cepat dan sesat," sindirnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: