Korea Selatan adalah rumah bagi beberapa perusahaan multinasional terbesar di dunia, seperti Samsung Group, Hyundai Motor dan LG Corporation. Namun, bagaimana jika tidak ada penerus-penerus hebat negara besar ini? Ditambah lagi, Korea Selatan terkenal dengan dunia hiburannya yang begitu fantastis.
Inilah pertanyaan yang menyibukkan Elon Musk, CEO Tesla ini mengaku prihatin dengan pengurangan populasi di Korea Selatan. Dia mengatakan Seoul berada di jalur untuk kehilangan setengah dari populasinya.
Melansir The Street di Jakarta, Selasa (6/9/22) pemerintah Korea Selatan sampai menawarkan pemberian 1 juta won atau Rp10,8 juta sebagai tunjangan bulanan bayi baru lahir. Pemerintah Korea Selatan memberikan upaya untukĀ mendorong lebih banyak kelahiran dan mencoba untuk memerangi tingkat kesuburan terendah di dunia.
"Korea Selatan saat ini sedang melacak untuk kehilangan sekitar setengah populasinya kira-kira setiap generasi. Umur panjang menyembunyikan sifat masalah yang mengerikan," ungkap Musk di Twitter.
Andrea Stroppa, peneliti keamanan siber Italia membalas cuitan Musk dan agak sangsi dengan pemberian stimulus ini. Menurutnya, kebanyakan tidak berhasil.
"Saya ingin tahu apakah stimulus uang cukup untuk mengubah tren. Dalam sejarah, solusi serupa memiliki hasil yang beragam. Di Italia, ada stimulus ā¬ kecil tetapi tidak berhasil saat ini. Mari kita lihat," katanya.
"Ini mungkin akan membantu sebanding dengan biaya membesarkan anak-anak," balas Musk.
Ini bukan pertama kalinya sang maestro teknologi menyatakan keprihatinan tentang penurunan populasi Korea Selatan.
Angka kelahiran terbaru Korea Selatan membuat khawatir para demografi dan pemerintah daerah. Tingkat kesuburan total di Korea Selatan atau jumlah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama hidupnya mencapai 0,81 pada tahun 2021, dibandingkan dengan 0,84 tahun sebelumnya. Ini merupakan angka terendah sejak badan statistik mulai menyusun data terkait pada 1970. Tahun lalu juga menandai tahun keempat berturut-turut di bawah angka 1.
Negara Asia adalah satu-satunya tempat di mana jumlah kelahiran per wanita tetap di bawah 1 di antara 38 anggota Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Pada tahun 2020, tingkat kesuburan total negara-negara OECD rata-rata 1,59.
Penurunan kelahiran di Korea Selatan disebabkan banyak anak muda menunda atau melupakan pernikahan dan memiliki bayi di tengah ekonomi yang melambat dan harga rumah yang tinggi, belum lagi ditambah dengan perubahan norma sosial mengenai pernikahan.
Para ahli memperingatkan negara ini dapat menghadapi 'gempa usia' pada tahun 2030-40 yang merupakan kejutan demografis seperti gempa bumi karena populasi yang menurun dan penuaan yang cepat, jika negara itu tidak mengatasi masalah pada waktu yang tepat.
Populasi usia kerja Korea Selatan diperkirakan akan turun 35% selama 30 tahun ke depan karena rekor tingkat kelahiran dan penuaan yang cepat, menurut perkiraan pemerintah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: