Survei SMRC Sebut Nama Puan Maharani Belum Cukup Kompetitif Sebagai Capres 2024, PDIP Harus Ekstra Hati-hati
Nama Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani untuk maju sebagai Calon Presiden (Capres) mewakili partainya pada Pilpres 2024 mendatang nampaknya masih belum cukup kompetitif.
Berdasarkan hasil survei yang diterbitkan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk “Siapa Calon Presiden PDIP 2024?”, Nama cucu mantan Presiden pertama Indonesia ini masih kalah dari Anies Baswedan, Prabowo Subianto hingga rekan satu partainya, Ganjar Pranowo.
Hasil survei yang disampaikan pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani, tersebut menunjukkan bahwa dalam periode Maret 2021 sampai Agustus 2022 dengan format semi terbuka, pergerakan suara Puan tidak signifikan, dari 0,5 persen menjadi 1 persen.
Saiful Mujani menyatakan bahwa PDIP adalah partai terbesar dan kalau tidak ada kesalahan kebijakan dan langkah-langkah politik yang keliru, kemungkinan PDIP akan kembali menjadi partai nomor satu di 2024.
Lebih jauh Saiful menjelaskan bahwa Puan digadang-gadang untuk jadi calon, itu sangat logis karena beliau adalah pimpinan partai.
Barangkali dia adalah orang kedua terpenting di PDIP setelah Megawati. Karena itu logis jika ada harapan dari elit atau dari Megawati sendiri agar Puan menjadi calon.
Hanya saja, lanjut Saiful, harus dihitung kembali apakah Puan akan menang atau tidak. Bisa menang atau tidak bisa diperkirakan dari sekarang kemungkinannya.
“Persaingan itu (Puan melawan Prabowo atau Anies) tidak fair karena gapnya terlalu jauh. Kalau Puan harus maju dan PDIP memiliki target untuk menang, maka tantangannya akan sangat berat,” kata Saiful.
Dalam simulasi tiga nama, survei SMRC Desember 2021 sampai Agustus 2022 menunjukkan pergerakan suara Puan dari 10,1 persen menjadi 7,8 persen. Sementara Prabowo Subianto dari 40 persen menjadi 40,2 persen, dan Anies dari 28,1 persen menjadi 27,5 persen.
Baca Juga: Komentari Peluang Jokowi jadi Cawapres Prabowo di Pilpres 2024, Ini Kata Gerindra
Pertanyaannya mengapa Puan Maharani yang sudah dikenal cukup luas, menjadi anggota DPR sangat lama, di Dapilnya dia memperoleh suara terbanyak di antara calon-calon lain secara nasional, tapi belum kompetitif untuk pemilihan presiden?
Saiful menjelaskan alasannya karena tingkat penerimaan publik pada Puan rendah dan cenderung semakin lemah.
Salah satu kemungkinan penjelasan dari penerimaan yang rendah pada Puan adalah bahwa masyarakat Indonesia lebih menyukai tokoh yang tidak berasal dari kalangan elit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty